HUKUMAN PENGHANCURAN TANGAN (BAGIAN 2)
Akhirnya Yoon Bok diperbolehkan masuk. Jeong Hyang memainkan gayageumnya, sedangkan Yoon Bok melukis Jeong Hyang. Ia melukis seiring alunan gayageum. Berpikir bahwa itu mungkin lukisan terakhirnya.
Ketika mereka sedang beristirahat, Jeong Hyang heran mengapa Kim Hong Do memberitahu Yoon Bok tentang hukuman yang akan dijalaninya. Itu tidak masuk akal. Ia menduga bahwa Hong Do berusaha menyelamatkannya. Gurumu adalah harapan terakhirmu.
Yoon Bok terlalu mabuk, jadi ia tidak begitu mendengarkan ucapan Jeong Hyang.
Malam itu, Hong Do mimpi buruk. Dalam mimpinya ia melihat eksekusi penghancuran tangan. Ketika mendekat, ternyata orang yang di hukum adalah Seo Jing, ayah kandung Shin Yoon Bok. Ia terbangun dan masih terbayang adegan di mimpinya.
Selama sarapan, Yin Moon bertanya apa yang akan ia lakukan dan menasehati untuk memikirkannya sungguh-sungguh. Hong Do merubah keputusannya, dan meminta tolong kepada Jung Sook untuk melakukan sesuatu.
Paginya, Yoon Bok terbangun. Kepalanya masih pusing. Ia teringat kata-kata Jeong Hyang malam sebelumnya. Jeong Hyang masuk kedalam kamar dan membawa sarapan. Ternyata Yoon Bok telah pergi. Ia meninggalkan sebuah lukisan. Lukisan Jeong Hyang yang sedang bermain musik yang dilengkapi dengan puisi. Hadiah yang romantis.
Han Pyeong, ayah angkat Yoon Bok, datang menemui Hong Do, dimana Hong Do menceritakan rencananya. Han Pyeong khawatir tentang Yoon Bok, yang paling memberatkan pikirannya adalah kenyataan kalau Yoon Bok tidak akan bisa meraih ketenaran dan kehormatan sebagai pelukis istana.Tentu saja juga kebanggannya untuk dirinya sendiri, sebagai ayah Yoon Bok.
Hong Do mengunjungi raja Jeongjo, keduanya mendiskusikan tentang apa yang akan terjadi terhadap siswa yang melukis lukisan Chunhwa. Hong Do mengeluh karena siswa itu sangat berbakat. Sayang sekali kalau bakat itu dimusnahkan. Jeongjo merasa menyesal, karena ia menyadari lukisan tersebut sangat bagus, tapi sudah terlambat untuk merubah keputusan Ibu Suri. Hong Do menjawab:” Mungkin terlambat tapi.... saya tidak akan menyerah untuk siswa ini.”
Yoon Bok kembali ke Dohwaseo dan bergegas menemui Hong Do. Hong Do memberitahunya bahwa ia tidak mengharapkannya kembali. Ia merasa takut tapi dengan tegas Yoon Bok menjawab:” Ini adalah perbuatanku, jadi aku harus bertanggungjawab. Hong Do mengatakan bahwa hukuman sebentar lagi akan dilaksanakan dan Yoon Bok bertanya:”Apa yang harus aku lakukan?”
Di luar, Young Bok menguping pembicaraan mereka, ia terlihat sangat takut.
Sesuai perintah Hong Do, Yoon Bok pergi ke pasar dan bertemu dengan Jung Sook. Ia memberikan sepucuk surat dan menyuruh Yoon Bok pergi ke bawah jembatan Gwangdo dan bertemu tuan Bong. Yoon Bok bertanya apakah ia istri Kim Hong Do, dengan malu-malu ia menjawab,”Belum.”
Yoon Bok bertemu dengan tuan Bong yang memberinya kuda dan menyuruhnya segera pergi ke Pyeongyang untuk bertemu seseorang. Ia pun bergegas pergi.
Tapi saat ia berkuda, ia teringat kata-kata Jeong Hyang dan sadar apa yang akan dilakukan oleh Hong Do, Ia berbalik menuju Dohwaseo.
Kata-kata Hong Do mengganggu pikiran Jeongjo. Ia merenung sambil melihat lukisan itu. Tiba-tiba ia melihat tanda lahir merah yang terdapat di belakang telinga. Seperti tanda lahir milik Ibu Suri. Akhirnya Jeongjo tersadar siapa yang terlukis di lukisan chunhwa itu.
Saat hukuman tiba. Semua pelukis dan siswa berkumpul dalam barisan yang rapi untuk menonton jalannya hukuman. Mungkin sebagai contoh supaya mereka tidak berbuat hal yang sama.
Ibu Suri juga berada di sana, karena ia ingin memastikan bahwa pelakunya ditemukan dan mendapat hukuman yang setimpal.
Kim Hong Do dipanggil kedepan dan ditanya apakah ia menemukan pelakunya. Hong Do terdiam dalam waktu yang lama. Ia berbalik dan melirik Young Bok yang sepertinya menunggu sesuatu. Akhirnya ia berkata: Saya tidak mampu menemukan pelakunya.”
Semua orang kaget. Hong Do meneruskan:” Tuan Menteri, ia hanya seorang siswa magang yang masih muda yang mempunyai mimpi sebagai pelukis istana. Jika Dohwaseo melarang lukisan jenis ini dan menjatuhkan kesalahan kepada siswa tersebut, maka itu tidak memberikan contoh yang baik bagi siswa yang lain karena itu merupakan kesalahan Departemen Seni Lukis sendiri. Sebagai senior di Dohwaseo, biarlah saya yang menanggung hukumannya.”
Mereka memutuskan untuk menghukum Hong Do. Ia diikat pada mesin penghancur tangan. Seorang penjaga mengangkat pedangnya untuk memutus tali....saat Yoon Bok berlari masuk. Ia berteriak meminta supaya hukuman dihentikan. Tapi terlambat, penjaga telah mengayunkan pedangnya. Hong Do memejamkan tangannya, bersiap menahan sakit....
Tapi ini tidak akan menjadi drama bila tidak ada perputaran nasib. Ternyata penjaga tidak dapat memutus tali dengan benar, karena batu masih terikat beberapa senti dari tangan Hong Do, oleh tali yang rapuh. Hong Do selamat....untuk saat ini.
Yoon Bok berlari ke arah Hong Do dan berteriak histeris berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan ikatannya. Para penjaga menyeretnya pergi. Ia mengumumkan bahwa ia ingin menyampaikan sesuatu. Ketika ia ingin mengaku, Young Bok berlari ke depan dan mengumumkan bahwa dialah pelakunya.
Mereka berdua menangis dan berteriak bahwa merekalah pelakunya, dan yang lain tidak bersalah. Ini terjadi beberapa lama. Keadaan menjadi semakin kacau, sampai Yi Pan (pejabat Menteri) menyuruh mereka diam dan memerintahkan Hong Do untuk menyebutkan siapa diantara keduanya pelaku yang sebenarnya. Tapi Hong Do berkeras bahwa ia tidak tahu. Dan menyuruh penjaga untuk memotong talinya lagi.
Raja Jeongjo datang. Semua orang terkejut. Hukuman pun ditunda.
Raja dan Ibu Suri bercakap-cakap secara pribadi.
Jeongjo:”Haruskah ada pertumpahan darah?”
Ibu Suri:”Masalahnya sudah menjadi seperti ini, jadi kita harus menyelesaikan sampai akhir.”
Jeongjo:”Haruskah ada pertumpahan darah?”
Ibu Suri:”Masalahnya sudah menjadi seperti ini, jadi kita harus menyelesaikan sampai akhir.”
Diluar, Hong Do, Young Bok dan Yoon Bok saling berbisik. Yoon Bok berkeras bahwa ia yang harus bertanggungjawab, dan mereka tidak boleh menghentikannya:” Aku sadar bahwa tidak ada untungnya melarikan diru. Maka aku kembali. Guru, kakak maafkan aku.” Tentu saja Hong Do dan Young Bok tidak mau mendengarkannya. Young Bok berkeras bahwa dialah yang membuat lukisan itu dan Hong Do menyuruh mereka berdua diam karena dialah yang akan mengurus segalanya dan mereka harus diam.
Akting mereka sangat bagus. Mereka saling berbisik dengan lembut walaupun mereka menangis, tidak ada hujan air mata. Yang terasa hanyalah kehangatan dan pengorbanan yang sangat manis terlihat.
Kim Hong Do dipanggil untuk menghadap tetua dan ditanya siapa pelaku sebenarnya. Tapi ia terus berkata bahwa ia tidak tahu,”Apakah tanganku tidak cukup untukmu, Tuan Menteri? Yi Pan marah dan berkata akan menghukum ketiganya.
Han Pyeong menggunakan kesempatan ini untuk berlutut dan memohon untuk mengampuni putra-putranya. Yi Pan menyuruhnya untuk memberitahu pelakunya atau dengan kata lain siapa pelaku dari salah satu putranya. Han Pyeong sangat menderita, bagaimana ia mengkhianati salah satu putranya untuk menyelamatkan yang lain.
Terdapat scene yang sangat manis antara Young Bok dan Yoon Bok. Ketika Yoon Bok menangis dalam diam, untuk menenangkan adiknya, Young Bok meletakkan tangannya diatas tangan Yoon Bok. Ini sangat menyedihkan. Ia berusaha menenangkan Yoon Bok, padahal ia sendiri sangat ketakutan.
Well, kelihatannya Shin Han Pyeong harus membuat keputusan. Ia terpaksa mengkhianati salah satu putranya. Hong Do kaget melihat keputusannya. Akhirnya mereka menetapkan hukuman.
Keputusan hukuman dibacakan. Hukuman penghancuran tangan dihapuskan. Yoon Bok sangat lega dan bersyukur, tapi Hong Do merasa tidak tenang, tahu bahwa masih akan ada hukuman yang lain.
Jeongjo mendapatkan persetujuan Ibu Suri dengan cara yang licik.
Jeongjo:” Yang Mulia. Saya ingat dengan baik. Apa yang Nenek katakan ketika kita berdua bertemu untuk pertama kalinya. Nenek memiliki telinga yang mempunyai tanda keberuntungan. Terdapat tanda lahir merah dibelakang telinga yang menandakan kerajaan akan menjadi makmur.”
Ibu Suri kaget, tersadar bahwa Jeongjo sudah mengetahui kebenaran.
Walaupun tangan mereka tidak jadi dihancurkan, pelakunya tetap harus dihukum. Yoon Bok mempersiap diri untuk yang terburuk, tapi nama Young Bok yang dipanggil. Young Bok dilarang untuk melukis dan dibuang dari Dohwaseo untuk bekerja di Danchongso (tempat mencampur dan membuat zat warna) seumur hidupnya.
Young Bok mengucapkan selamat tinggal pada Yoon Bok dan ayahnya. Berkata pada Yoon Bok bahwa ia mempunyai bakat yang besar dan memintanya untuk menjadi pelukis yang terbaik untuk dirinya. Tapi Yoon Bok tidak dapat menerima keputusan tsb, berkeras bahwa dialah yang harusnya dibuang, bukan Young Bok,” Kenapa kau selalu begini!” Ia mengumumkan bahwa ia tidak akan memenuhi permintaaan kakaknya.
Hong Do minum sendirian.
Flashback
Setelah mendengar percakapan antara Hong Do dan Yoon Bok, Young Bok memohon kepada Hong Do untuk menyelamatkan adiknya. Ia memohon untuk menggantikan adiknya. Tentu saja Hong Do tidak mau mendengarkannya.
Yoon Bok berlari sendirian di gunung, tidak dapat menahan emosinya. Ia melihat beberapa tumpukan batu. Ia membuangnya satu persatu, berteriak karena marah dan merasa bersalah. Ia mengangkat sebuah batu besar, ia kemudian sadar bahwa ia bisa melakukan hukumannya sendiri.
Setelah diam beberapa saat untuk mengumpulkan keberaniannya, Ia membawa batu besar ke atas tangannya dan memukulkannya keras-keras. Ia berteriak.
Malam itu Jeong Hyang dan pelayannya sedang berjalan-jalan, mereka melewati Yoon Bok yang sedang duduk di tempat Yoon Bok meminta Jeong Hyang untuk memainkan gayageumnya malam sebelumnya. Yoon Bok pingsan. Jeong Hyang menyandarkan kepala Yoon Bok ke pelukannya. Sebelum Yoon Bok benar-benar pingsan ia berbisik,” Kamu selalu terlihat cantik.”
Jeong Hyang membawanya ke rumah gisaeng, tapi tidak seorang pun tabib yang mau datang. Mereka menolak masuk ke rumah gisaeng.
Pagi harinya, Kim Hong Do pergi sendirian menuju tempat penyimpanan arsip di Uigembu (kantor polisi jaman Joseon). Ia mencari catatan pelukis lain, Seo Jing, ayah kandung Yoon Bok.
Flashback.
Seo Jing dibunuh. Seo jing dibunuh oleh musuh-musuhnya karena kebiasaan buruknya. Ia pelukis yang eksentrik. Ia suka melukis orang, oleh karena itu ia tidak dapat bekerja di Dohwaseo, tapi kemudian dipanggil untuk melukis sesuatu yang penting. Pemakamnnya dilakukan oleh sahabat baiknya Kim Hong Do. Kim Hong Do berjanji untuk mengungkap kebenaran.
Jeong Hyang dan pelayannya datang ke Dohwaseo untuk meminta bantuan Kim Hong Do. Ia menceritakan apa yang terjadi. Hong Do pergi dengannya ke rumah gisaeng. Yoon Bok tidak mau kembali ke Dohwaseo, ia berteriak pada Kim Hong Do untuk meninggalkannya sendiri. Hong Do mengangkat tubuhnya dan membawanya pergi.
Ia membawanya ke kolam kecil (dengan air terjun kecil). Ia melemparkan Yoon Bok kedalam kolam, supaya dapat mendinginkan kepalanya dan sadar apa yang ia lakukan. Yoon Bok berjuang supaya tidak tenggelam, jelas terlihat ia tidak dapat berenang. Hong Do tidak memperhatikannya dan terus menguliahinya. Yoon Bok perlahan-lahan berhenti berjuang dan membiarkan dirinya tenggelam. Ketika Kim Hong Do sadar, ia telah tenggelam jauh ke dalam air dan kehilangan kesadarannya.
Source: (thanks and credits)
www.dramabeans.com
www.dramatomy.com
www.mysoju.com
0 komentar:
Posting Komentar