Suk Bong membawa mobil dengan kecepatan tinggi menuju tempat dimana Woon Suk tengah melakukan transaksi jual beli pertambangan milik ayahnya Jeong Tae. Tiba-tiba Shin Mi melihat sosok Tae Hee di pinggir jalan sedang dikeroyok oleh segerombolan orang.
"Itu...Bukankah itu Boo Tae Hee?" ucap Shin Mi sambil memicingkan mata. Suk Bong hanya menoleh sekilas. Ia tak menghentikan mobilnya. Pikirannya hanya tertuju untuk menyelamatkan pertambangan milik ayahnya. Lagipula ia juga masih marah pada Boo Kwi Ho. Ia mencoba tak peduli dan terus memacu mobilnya.
Tae Hee dan Boo Kwi Ho dipaksa masuk ke dalam mobil oleh segerombolan pria tak dikenal itu. Mereka mencoba melawan, namun tahu hal itu hanya sia-sia. Kemudian sebuah mobil mengerem mendadak di depan mereka. Suk Bong dan Shin Mi keluar dari dalam mobil itu. Suk Bong berubah pikiran. Ternyata ia tak tega membiarkan Tae Hee dan Boo Kwi Ho yang sedang dalam bahaya.
Suk Bong berkelahi dengan segerombolan pria itu. Tentu saja ia kalah dengan cepat melawan mereka. Shin Mi tak bisa tinggal diam saja melihat Suk Bong tengah dipukuli. Ia berlari membantunya dengan menarik baju pria yang tengah menghajar Suk Bong. Ia malah kena hantam. Suk Bong menarik Shin Mi kedalam pelukannya dan berusaha melindungi kepala Shin Mi dari pukulan.
Woon Suk mendadak datang. Ia berlari menerjang gerombolan pria yang tengah mengeroyok Suk Bong. Tae Hee menjerit senang melihat kedatangan Woon Suk. Ia berteriak menyemangatinya.
Suk Bong mengamankan Shin Mi dulu ke tepi. Lalu ia kembali ke pertarungan membantu Woon Suk. Ia dan Woon Suk bahu-membahu melawan mereka (haha...bahasa gue).
Tae Hee menyerang pria yang tengah mengeroyok Suk Bong dengan hak sepatunya. Shin Mi ikut maju membantunya dengan menjambak rambut pria itu. Suk Bong melihat mereka yang tengah bergulat. Ia mendekat dan menarik pria itu. Lalu Suk Bong menendang pria itu yang langsung jatuh terjerembab.
Tiba-tiba pria itu mencabut sebuah pisau dari dalam kaos kakinya. Suk Bong berhati-hati melawannya. Shin Mi langsung panik. Ia mengkhawatirkan Suk Bong. Woon Suk juga melihat hal itu dan datang membantunya. Ia menerjang pria itu yang langsung menyerangnya dan berhasil melukai lengan Woon Suk dengan pisaunya. Tae Hee berteriak ketakutan. Suk Bong kaget. Ia memberi tendangan keras pada pria yang melukai Woon Suk. Gerombolan pria berjas itu mengepung mereka dengan mengacungkan pisau ditangan masing-masing. Tiba-tiba terdengar sirene mobil polisi. Tae Hee berteriak kegirangan saat melihat polisi datang menyelamatkan mereka (huh, gak dimana2 polisi selalu datang telat. cape deh...).
Beberapa polisi turun dari mobil dan langsung mengamankan gerombolan pria itu.
"Tangkap semuanya. Tangkap semuanya..." teriak Tae Hee penuh semangat.
Sementara itu di rumah Choo Young Dal mendapat laporan bahwa Woon Suk membatalkan kontrak jual beli pertambangan. Ia bergegas pergi.
Suk Bong lega dan memeluk Shin Mi. Tae Hee segera mendatangi Woon Suk dan melihat luka di lengan Woon Suk.
"Lihatlah, tanganmu berdarah," seru Tae Hee panik.
Seorang polisi mendekati Woon Suk. Kayaknya Kapten Polisinya deh.
"Apa kau Manager Choo Woon Suk?" tanyanya.
"Iya aku" jawab Woon Suk.
Lalu polisi menagkap Woon Suk dengan tuduhan percobaan penculikan. Polisi memborgol tangan Woon Suk. Woon Suk diam dengan pasrah, tak membantah tuduhan polisi. Malah Tae Hee yang langsung memprotes. Ia mengatakan Woon Suk yang menyelamatkannya. Bagaimana mungkin Woon Suk berniat menculiknya.
"Katakakan pada mereka. Katakan sesuatu..." paksa Tae Hee melihat kebisuan Woon Suk.
Polisi membawa Woon Suk masuk ke mobil patroli.
Boo Kwi Ho menoleh pada Suk Bong.
"Kau sengaja datang untuk melihatku kehilangan muka, bukan?" duga Boo Hwi Ho. Suk Bong hanya diam saja. "Atau yang lain, kau benar-benar datang menyelamatakanku?" tanyanya. "Orang baik... Kalau aku jadi kau, aku tak akan menyelamatkan orang sepertiku."
"Ayah..." Tae Hee menghampiri ayahnya. Menangis dan meminta ayahnya membebaskan Woon Suk
Boo Kwi Ho mengacuhkan permintaan Tae Hee. Ia malah masuk mobilnya mengikuti Suk Bong yang menuntuk Shin Mi masuk ke mobil.
"Suk Bong, kau mau pergi begitu saja?" panggil Boo Kwi Ho yang melihat Suk Bong berjalan tertatih-tatih. Suk Bong menoleh. Boo Kwi Ho menyerahkan sebuah kertas dokumen padanya. "Ambillah ini..." ucapnya.
Suk Bong mengambil dokumen itu yang merupakan akte asli hak pertambangan milik Jeong Tae. Boo Kwi tersenyum penuh arti.
Suk Bong memandangi surat itu bersama Byung Do di kantor mereka. Byung Do tahu Suk Bong pasti akan meninggalkannya dan memilih meneruskan usaha ayahnya di Boo Ho Group.
"Siapa yang menyangka kau ternyata benar-benar anak konglomerat? Boo Hoo Group pasti kau menyukainya." ucap Byung Do. "Aku akan pergi menenangkan diri. Disini aku akan melakukan apapun yang bisa kukerjakan. Entah menggoreng atau memanggang dalam panci. Kau tak usah mempedulikan tempat ini lagi. Pedulikan Boo Ho Group saja."
"Baiklah, aku akan pergi ke Boo Ho Group sebentar. Lalu kau bisa pergi setelah membereskan tempat ini." ucap Suk Bong kemudian pergi. Byung Do menatap kepergian Suk Bong dengan mata berkaca-kaca. Ia terharu Suk Bong lebih memilih merintis usaha baru bersamanya ketimbang meneruskan perusahaan ayah kandungnya.
Suk Bong datang menemui Boo Kwi Ho di kantornya yang sedang membersihkan papan namanya (orang2 Korea keliatan banget ya cinta sama negaranya. aku nggak pernah liat sinetron kita yang memajang bendera merah putih). Boo Kwi Ho spontan memeluk papan namanya (haha...dia masih takut Suk Bong merebut posisinya). Ia kesal pada Suk Bong yang kerap mendatangi kantornya.
"Tempat ini sudah seperti rumahku sendiri." ucap Suk Bong. "Sangat nyaman berada disini dan aku bisa datang kapanpun kau mau." Lalu Suk Bong duduk diatas meja Boo Kwi Ho (gak sopan neh Suk Bong).
"Aku dengar bibi dan nenek akan pulang akhir pekan ini dari Kanada. Dan kudengar kesehatan nenek sedang tak baik. Aku akan mengunjunginya." ucap Suk Bong.
"Dulu dia berkata ingin tinggal bersama putrinya karena tak tega melihat putranya yang sakit, tapi sekarang mengatakan akan kembali untuk berterimakasih pada cucunya. Pemikiran mereka sangat tidak jelas," Boo Kwi Ho mengomentari mertuanya.
"Kau semakin sering mengeluhkan hal-hal seperti ini."
"Apa? Hey, jangan mentang-mentang sekarang kau menjadi Ha Suk Bong, bisa mengatakan hal seperti ini padaku," ucap Boo Kwi Hoo kesal. "Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?"
Suk Bong berdiri. "Apalagi yang bisa kulakukan? Akhirnya menemukan asalku setelah melalui banyak penderitaan. Harus ada kompensasi sedikit untuk semua penderitaan yang kualami." ucap Suk Bong sambil menatap Boo Kwi Ho yang mulai khawatir Suk Bong bakal menggeser posisinya di Boo Hoo Group. Padahalkan Suk Bong sudah memilih tetap bersama Byung Do membangun perusahaan sendiri.
Sekretaris Yoon akhirnya melepas masa lajangnya.
Byung Do datang dengan memakai jas hitam. Ia memuji sang pengantin wanita yang terlihat sangat cantik. Lalu tiba-tiba Pengurus Rumah muncul. Ia juga berpakaian rapi dengan memakai jas hitam. Siapa diantara mereka yang akhirnya dipilih Sekretaris Yoon untuk membawanya menuju altar. Dari dulu mereka selalu bersaing memperebutkan hati Sekretaris Yoon.
Tiba-tiba seseorang muncul dari balik pintu. Dialah Sang Pengantin Pria yang asli. Pria itu ternyata Mr. Nakamura yang bernama asli Chung Chun. Haha...kasihan Byung Do dan Pengurus Rumah yang sama-sama patah hati.
Mun Dae Myung melihat So Jung dan langsung memeluknya dari belakang dan memanggilnya sayang. So Jung berontak. Dandanan So Jung sudah berubah. Rambut kepang kudanya yang pernah diejek Dae Myung udah nggak terlihat lagi. So Jung keliatan cantik dengan dandanan seperti itu. So Jung juga udah naik jabatan menjadi Manager.
"Apa kau gila?" teriaknya marah. "Aku bilang tidak untuk melakukan hal ini di perusahaan. Apa yang akan kau lakukan jika seseorang melihat kita." ucapnya dingin. Hehe...akhirnya mereka pacaran. Tapi sikap mereka berubah dan berbalik seratus delapanpuluh derajat.
"Sayang, apa yang kau katakan? Apa kau takut seseorang menggosipkan kita?" tanya Mun Dae Myung.
So Jung menahan kesal. "Di dalam perusahaan. Aku adalah Manager Han So Jung dan kau bosku, Direktur Mun Dae Myung. Aku harap kau menahan diri dari keinginan seperti mengangguku!" So Jung memperingatkannya lalu menyemprotkan spray ke mulutnya dan pergi dari hadapan Mun Dae Myung yang cuma bisa menahan kesal.
Lee Jong heon menjadi akrab dengan Boo Kwi Ho. Mereka suka bertanding catur ala Korea. Lee Jong Heon terlihat kesal karena selalu kalah dari Boo Kwi Ho. Lalu Boo Kwi Ho mengajaknya bermain golf.
"Tahu kan, siapa yang tidak bisa bermain golf?" ejek Boo Kwi Ho.
Lee Jong Heon malan teringat pada Choo Young Dal. Ia tahu Choo Young Dal yang terbaik dalam bermain golf. Ia penasaran apa yang sedang dilakukan Choo Young Dal yang tiba-tiba menghilang.
Tae Hee akan mengadakan fashion show bekerjasama Donna Plymouth. Ia tengah sibuk mengatur para modelnya menuju panggung. Ia menjerit kesal pada mereka karena susah diatur, seperti memakai celana terlalu pendek.
"Kau...seperti memakai bikini," celotehnya lalu membenahi pakaian modelnya. 'Kau benar-benar sangat kurus. Apa belum memakan kue?"
Tae Hee cantik ya dengan potongan rambut barunya. |
Woon Suk masuk penjara untuk membayar semua ulahnya. Atau menggantikan posisi ayahnya yang sesungguhnya adalah otak dibalik semua kejahatannya. Selama ini Woon Suk hanya dijadikan boneka ayahnya. Ia melakukan semua kecurangan itu atas perintah ayahnya. Tapi ia rela dijebloskan penjara seorang diri tanpa melibatkan ayahnya (anak berbakti neh Woon Suk).
Tae Hee datang mengunjungi Woon Suk. Ia sedih melihat Woon Suk yang semakin kurus. Tae Hee langsung mengomeli polisi yang berjaga disana karena tak memberi makan Woon Suk dengan baik. Ia bahkan mengancam akan melapor ke Komnas Hak Asasi Manusia.
Woon Suk hanya tertawa geli menaggapi ulah Tae Hee. Tae Hee menyadari sikapnya lalu tersenyum malu pada Woon Suk.
"Aku tak akan melakukannya," ucap Tae Hee malu. Lalu ia bercerita pada Woon Suk bahwa ia baru saja mengadakan Fashion Show hasil rancangannya sendiri. Dan ia baru saja makan malam dengan karyawannya untuk merayakan keberhasilannya. Tae Hee senang ia berhasil melakukan pertunjukan membuat minuman seperti yang diajarkan Shin Mi.
Woon Suk memberi selamat pada Tae Hee. Tapi Tae Hee malah terlihat sedih.
"Tae Hee, ada apa?" tanya Woon Suk cemas.
Tae Hee menggeleng. Ia bilang bahwa ia terlalu bahagia.
"Aku tak perlu pujian dari seluruh dunia. Aku hanya perlu satu orang saja. Aku hanya menginginkan oppa untuk mengatakan hal-hal yang menyenangkan."
Woon Suk melepas kacamatanya. Ia meminta tangan Tae Hee.
Tae Hee memberikan tangannya. Woon Suk menuliskan sesuatu di tangan Tae Hee. Tae Hee tertawa kegelian. Lalu mulai berkonsentrasi mengeja tulisan Woon Suk.
"Tae..." ejanya. "Apa kau berencana menulis Tae Hee lagi?" ucap Tae Hee sambil tersenyum senang.
"Tae..." ejanya. "Apa kau berencana menulis Tae Hee lagi?" ucap Tae Hee sambil tersenyum senang.
Woon Suk selesai menulis. Tae Hee langsung kesal karena Woon Suk hanya menuliskan namanya.
"Tae Hee?" tanyanya. "Hanya Tae Hee?. Apa kau tak bisa menulis lebih banyak lagi."
Tae Hee ngambek.
"Aku selalu mengatakan dengan jelas, benar-benar..." Tae Hee menggerutu kesal. Lalu ia melihat polisi penjaga yang lagi senyum-senyum. Tae Hee melampiaskan kekesalannya padanya. "Apa? Kau baru kali ini melihat seseorang yang tengah marah?"
Tae Hee cemberut. "Aku benar-benar bodoh..." guamamnya sedih.
Woon Suk memandangi Tae Hee dalam diam. Lalu sambil tersenyum di dalam hatinya perlahan mengatakan "Tae Hee, aku mencintaimu..."
Woaah, Woon Suk akhirnya jatuh cinta beneran sama Tae Hee. Aku suka deh cara Woon Suk menyatakan perasaannya sama Tae Hee. Walaupun ia nggak bilang secara langsung, tapi keren aja ngeliatnya. Jadi aku yang berasa deg-degan. Hmm, aku jadi menebak-nebak neh kenapa Woon Suk gak mau bilang secara langsung sama Tae Hee. Pertama mungkin karena ia tengah mendekam dipenjara. Ia gak mau Tae Hee terlalu lama menunggunya. Kedua ia telah melakukan kejahatan yang mungkin tak bisa dimaafkan terutama oleh Boo Kwi Ho yang pernah ia ancam olehnya. Ketiga (kemungkian yang aku harap) Woon Suk berniat memberitahu Tae Hee setelah ia keluar dari penjara. Keempat, dasar Tae Hee emang bodoh. Nggak pernah paham sinyal-sinyal cinta (haha...) yang Woon Suk perlihatkan padanya.
Boo Kwi Ho menjenguk Choo Young Dal yang dirawat di Panti Rehabilitasi Gangguan Mental setelah rencananya untuk mendapatkan tambang milik Jeong Tae digagalkan oleh putranya sendiri.
Boo Kwi Ho melihat Choo Young Dal dari jauh yang tengah menyiram bunga. Kepala Kang dan Ketua Yoo juga ada disana. Boo Kwi Ho senang sepertinya Choo Young Dal bahagia disana dan berat badannya mulai bertambah.
"Aku tak perlu mengkhawatirkannya," ucapnya.
Suk Bong tengah bekerja dikantornya. Byung Do tampak kepanasan di dalam kantor mereka. Ia sampai membuka bajunya. Suk Bong nggak mau pasang AC (ketularan pelit kayak Shin Mi neh). Untuk menghilangkan panas, ia hanya memasang kipas angin yang kadang-kadang suka mati. Suk Bong memanggil Byung Do untuk membetulkan kipas angin yang tiba-tiba mati. Karena kesal Byung Do memukul kipas dengan keras dan kipas itu kembali berputar lagi.
Shin Mi datang menemuinya. Ia sekarang menjabat sebagai Presiden Oh Sung. Ia datang untuk menawarkan investasi pada Suk Bong. Suk Bong memberitahunya bahwa ia sudah bekerjasama dengan perusahaan lain. Shin Mi keki. Apalagi Suk Bong langsung pergi meninggalkannya.
Suk Bong pergi menemui ayahnya. Jeong Tae sudah tampak sehat. Suk Bong mengajari ayahnya bermain gitar. Lalu ia memandangi wajah ayahnya dan berkata dalam hati. "Ayah, mulai sekarang kita akan tinggal disini."
Ternyata Suk Bong sudah membelikan ayahnya sebuah rumah untuk mereka tinggali bersama-sama.Shin Mi memasuki gedung pertunjukkan teater. Ia ada janji kencan dengan Suk Bong. Namun Suk Bong belum juga muncul.
Pertunjukkan teater di mulai, Suk Bong belum juga mencul. Shin Mi semakin kesal dan sama sekali tak menikmati pertunjukkan itu. Ia malah terlihat melamun. Semua penonton tertawa saat ada adegan lucu, tapi Shin Mi hanya diam saja. Pikirannya berkelana mencari sosok Suk Bong.
Sementra itu Suk Bong baru turun dari taksi. Ia masih sibuk menerima telepon dari beberapa kliennya. Ia juga menelepon Byung Do dan masih sibuk mengurusi pekerjaannya.
Sampai pertunjukkan teater usai Suk Bong masih belum muncul. Seluruh penonton sudah pergi hanya menyisakan Shin Mi seorang diri. Shin Mi bangun dan hendak pulang. Mendadak Suk Bong datang sambil berlarian. Ia bilang terjebak macet (alasan klasik)
Shin Mi yang sudah kadung kesal berniat pergi. Suk Bong menahannya
"Sayang..." rayunya.
"Apa kita akan terus seperti ini?" tanya Shin Mi dingin.
Shin Mi mengeluarkan unek-uneknya. Ia mulai protes pada jadwal kerja Suk Bong yang super padat. Bulan ini saja mereka hanya bertemu tiga kali. Dua minggu yang lalu ia pergi nonton sendiri, seminggu yang lalu ia juga makan sendirian dan hari ini ia dibiarkan menunggu.
"Apa kau tahu sudah berapa lama aku menunggumu?" tanya Shin Mi tajam. "Mulai sekarang aku tak akan menunggumu lagi."
Akhirnya mereka malah bertengkar. Suk Bong tersinggung dengan ucapan Shin Mi. Ia sudah berusaha menyisihkan waktunya untuk bertemu dengannya. Tapi sepertinya Shin Mi tak bisa memahaminya. Hari ini ia sangat lelah untuk bertengkar. Ia memilih pergi meninggalkan Shin Mi sendirian. Shin Mi hanya bisa menahan emosinya. Ia kembali duduk. Tiba-tiba saja lampu padam. Shin Mi panik dan berseru bahwa masih ada orang di dalam gedung teater itu.
Lalu sebuah suara memberitahunya bahwa pertunjukkan belum usai. Masih ada pertunjukkan band. Mereka mempersembahkan lagu untuk Shoon Mi. Suk Bong keluar dari dalam pintu. Shin Mi yang sedari tadi cemberut mulai bisa tertawa mendapat kejutan ini.
Suk Bong menyanyikan sebuah lagu untuknya. Sementara Suk Bong menyanyi memori berputar mengenai awal pertemuan Shin Mi dengan Suk Bong. Cuplikan-cuplikan adegan bergiliran muncul. Shin Mi sampai terharu. Matanya berkaca-kaca.
Suk Bong selesai bernyanyi.
"Shoon Mi tidak akan menugguku lagi. Bahkan jika ia melakukannya." ucap Suk Bong.
Shin Mi tertawa bahagia mendengar janji Suk Bong.
Suk Bong merentangkan tangannya. Shin Mi bangun. Ia mulai menuruni tangga.
Suk Bong mrnghampirinya. Ia memakaikan kalungnya pada Shin Mi. Mata Shin Mi kembali berkaca-kaca.
"Shoon Mi...Maukah kau menjadi milikku selamanya?" pinta Suk Bong tulus. Sambil menahan tangis haru Shin Mi menganggukkan kepalanya.
Lalu perlahan Suk Bong mendekati Shin Mi dan menciumnya dengan lembut.
0 komentar:
Posting Komentar