Shin Mi marah saat Tae Hee menyebut ayahnya seorang pembunuh. Ia melayangkan sebuah tamparan ke arah Tae Hee. Tae Hee histeris dan emosi Shin Mi makin memuncak. Ia hendak menamparnya lagi, tapi tiba-tiba di halangi oleh Woon Suk.
"Jangan sentuh wanitaku!" ucapnya tajam.
Suk Bong datang. Ia melepaskan tangan Woon Suk dari Shin Mi.
"Kau yang seharusnya jangan menyentuh wanitaku!" ucap Suk Bong tak kalah tajam.
Shin Mi shock. Ia hanya diam sambil menatap wajah Suk Bong.
Woon Suk membawa Tae Hee pulang. Sepanjang jalan Tae Hee terus saja menangis sambil memegangi pipinya. Ia tak terima dengan perlakuan Shin Mi padanya. Woon Suk berusaha meredakan tangisnya. Tae Hee memandangi wajahnya di cermin dan semakin menangisi pipinya yang bengkak. Woon Suk melihatnya sambil menahan senyum.
Shin Mi keluar dari mobil. Ia berlari masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Suk Bong. Suk Bong memanggilnya, tapi Shin Mi seakan tak mendengar seruannya dan pergi tanpa bicara. Suk Bong bingung melihat sikap Shin Mi yang tiba-tiba berubah.
Hal yang ingin dilalukan Shin Mi adalah menemui ayahnya. Lee Jong Heon sedang di ruang kerjanya tengah memandangi cincinnya. Shin Mi masuk.
"Tae Hee mengatakan hal konyol mengenai ayah. Tapi aku tahu Tae Hee bukan orang yang suka berbohong. Jadi aku ingin menanyakan langsung pada ayah mengenai kematian ayah Choi Suk Bong." ucap Shin Mi.
Lee Jong Heon menghela nafas. "Benar. Aku terlibat," jawabnya. "Duduklah. Aku akan menceritakan semuanya."
Tae Hee menceritakan rahasia Lee Jong Heon pada Woon Suk. Woon Suk menyuruh Tae Hee untuk sementara waktu tutup mulut.
"Dengar, sebelum kau mengatakan semuanya. Ini harus menjadi rahasia kita berdua. Kau mengerti?" ucap Woon Suk. Tae Hee mengangguk patuh.
Shin Mi duduk menghadap ayahnya.
"Apa ini benar?" tanya Shin Mi.
Lee Jong Heon mengangguk "Ya, walaupun tidak sengaja, tapi aku penyebab kecelakaan yang menimpa Chul Min."
Shin Mi menutup matanya mendengar pengakuan dari ayahnya.
"Jadi ini sebabnya kau menentang hubunganku dengan Choi Suk Bong?"
"Iya. Meskipun hal itu benar-benar tak disengaja, tapi sebenarnya akulah pembunuh ayah Choi Suk Bong." ucap Lee Jong Heon.
Kepala Shin Mi pening. Ia belum bisa menerima kenyataan ini. Apalagi hal ini pasti akan mempengaruhi hubungannya dengan Suk Bong. Ia berpamitan ke kamarnya.
"Apa ini benar?" tanya Shin Mi.
Lee Jong Heon mengangguk "Ya, walaupun tidak sengaja, tapi aku penyebab kecelakaan yang menimpa Chul Min."
Shin Mi menutup matanya mendengar pengakuan dari ayahnya.
"Jadi ini sebabnya kau menentang hubunganku dengan Choi Suk Bong?"
"Iya. Meskipun hal itu benar-benar tak disengaja, tapi sebenarnya akulah pembunuh ayah Choi Suk Bong." ucap Lee Jong Heon.
Kepala Shin Mi pening. Ia belum bisa menerima kenyataan ini. Apalagi hal ini pasti akan mempengaruhi hubungannya dengan Suk Bong. Ia berpamitan ke kamarnya.
Shin Mi bingung. Ia berjalan mondar-mandir. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa di depan Suk Bong nanti. Posisinya sekarang ini benar-benar mempersulitnya.
Ia mengambil HP-nya yang berbunyi. Suk Bong meneleponnya, tapi ia enggan mengangkat telepon itu.Suk Bong memandangi layar HP-nya. Teleponnya tak diangkat oleh Shin Mi.
"Dia masih marah," gumamnya.
Suk Bong masuk ke rumah. Byung Eo memberikan sebuah bungkusan padanya. Suk Bong menyambar bungkusan itu lalu segera pergi ke rumah Woon Suk.
Suk Bong datang menemui Woon Suk. Woon Suk masih berusaha mendapatkan Suk Bong dengan mengiriminya bingkisan. Ia masin berharap Suk Bong ada di pihaknya. Tanpa basa basi Suk Bong mengembalikan bingkisan itu pada Woon Suk. Suk Bong juga mengancam Woon Suk agar jangan mengganggu Shin Mi.
"Aku tak akan memaafkanmu jika kau menganggunya!" ancam Suk Bong.
"Aku tak akan memaafkanmu jika kau menganggunya!" ancam Suk Bong.
Woon Suk mengajak Suk Bong naik motor balap. Mereka pergi ke lapangan basket. Suk Bong melempar bola basket pada Woon Suk dan mengajaknya bertanding. Mereka bermain basket dengan adu sikut.
Lee Jong Heon minum alkohol di ruang makan untuk menghilangkan stress. Padahal ia baru saja menjalani operasi. Sementara Shin Mi tak bisa memejamkan matanya di kamar.
Woon Suk duduk di lapangan.wajahnya penuh dengan keringat. Ia kelelahan. "Dengarkan aku, suatu hari nanti kau akan ada di pihakku." ucap Woon Suk sambil memegang bahu Suk Bong. Suk Bong menepis tangan Woon Suk.
"Tidak. Hal itu tidak akan pernah terjadi." ucapnya lalu pergi. Suk Bong berhenti. Kembali pada Woon Suk dengan mengatakan "Aku harap kau tulus pada Boo Tae Hee."
Di kamar Shin Mi memandangi foto ibunya dengan sedih.
"Ibu, aku harus bagaimana?" gumamnya lirih.
Shin Mi pergi jogging pagi-pagi buta. Pikirannya masih kalut. Ia berlari dan berhenti didepan jembatan.
"Choi Suk Bong, apa yang harus aku lakukan?" teriaknya. "Sebenarnya apa yang harus kulakukan?"
Shin Mi benar-benar bingung dan tak tahu apa tepatnya yang harus dilakukannya. Ia tahu Suk Bong pasti akan membenci ayahnya jika mengetahui hal ini dan mungkin akan membencinya juga.
Shin Mi memberanikan diri pergi ke makam Chul Min ayah Suk Bong seorang diri. Ia meletakkan buket bunga yang dibawanya di atas makam.
"Apa kabar. Aku Lee Shin Mi." Shin Mi memperkenalkan dirinya.
Sementara di kantor Ketua Yoo tampak senang saat tahu Shin Mi tidak masuk kerja. Suk Bong mulai mengkhawatirkan keadaan Shin Mi. Ia mencoba menelepon Shin Mi, tapi Hp-nya tak aktif.
Shin Mi duduk di depan makam Chul Min.
"Kenapa kau harus pergi? Apa kau tahu Choi Suk Bong sangat merindukan ayahnya?" ucap Shin Mi lalu bangun dan membersihkan makam Chul Min. Ia meminta maaf atas kesalahan ayahnya.
Suk Bong menelepon Tae Hee dan bertanya sebenarnya apa yang sudah dikatakan olehnya pada Shin Mi. Terakhir kali Tae Hee yang berbicara dengan Shin Mi. Tae Hee tengah mengompres pipinya.
"Jadi kau meneleponku hanya untuk menayakan hal itu?" semprot Tae Hee marah.
"Katakan padaku sebenarnya apa yang kau katakan padanya. Dia sampai tak masuk kerja."
"Aku juga tak bisa masuk kerja karena tamparan bosmu yang sok tahu itu!" teriak Tae Hee kesal. "Suk Bong, apa kau tak peduli padaku?" tanya Tae Hee.
Suk Bong mendapat panggilan masuk. Shin Mi yang meneleponnya. Ia segera memutuskan sambungan dengan Tae Hee. Tae Hee kesal saat Suk Bong menutup teleponnya begitu saja. Ia marah-marah, tapi segera menyadari bahwa ia tak boleh cemburu.
Akhirnya Suk Bong berhasil menemukan Shin Mi. Shin Mi tengah bermain anggar. Saat melihat Suk Bong, Shin mengajaknya berduel. Suk Bong yang tidak bisa bermain anggar tampak kewalahan menghadapi Shin Mi yang tentu saja lebih mahir darinya. Berkali-kali Suk Bong menjatuhkan pedang anggarnya.
Setelah letih mereka beristirahat. Shin Mi membantu Suk Bong melepas masker. Suk Bong berkeringat. Shin Mi menyeka wajahnya dengan handuk (aku suka banget liat Suk Bong disini, keliatan cakep banget.). Kemudian ia berkata dalam hati. "Ayahku pernah melakukan kesalahan. Jangan karena ayahku pernah melakukan kesalahan, aku salah lagi." ucap Shin Mi. "Jangan karena ayahku aku melepaskan kau yang begitu baik. Hal ini akan menjadi kesalahan terbesar dalam hidupku."
Suk Bong memejamkan matanya sementara Shin Mi terus menyeka keringatnya. Ia tersenyum senang.
Suk Bong membuka masker Shin Mi dan hendak menyeka keringatnya juga, tapi Shin Mi menolak. Ia menghindar dan bangun.
"Kenapa?' tanya Suk Bong.
"Jantungku sudah hampir meledak!" seru Shin Mi.
Suk Bong menahan tangan Shin Mi. Ia menundukkan kepalanya dan mendekat telinganya ke dada Shin Mi. Mendengarkan detak jantung Shin Mi yang berdebar-debar.
"Dibandingkan dengan detak jantungku tadi, ini tidak ada apa-apanya," komentar Suk Bong. Shin Mi terlihat grogi.
Suk Bong menegakkan kepalanya. Ia memandangi Shin Mi yang tak bereaksi.
"Kalau kau tak percaya dengarkan sendiri." ucap Suk Bong lalu menarik Shin Mi ke dalam pelukannya. Menyuruhnya mendengar irama jantungnya yang memacu kencang. Shin Mi masih terdiam.
Lalu Suk Bong mulai menyeka keringat di wajah Shin Mi.
"Aku tak akan melakukan kesalahan." ucap Shin Mi.
"Kau bilang apa?" tanya Suk Bong.
"Aku bilang aku tak akan melakukan kesalahan," ulangnya.
Suk Bong tersenyum. "Kau takut menutup matamu lagi," terkanya. Shin Mi diam saja.
"Aku tak akan melakukan kesalahan." ucap Shin Mi.
"Kau bilang apa?" tanya Suk Bong.
"Aku bilang aku tak akan melakukan kesalahan," ulangnya.
Suk Bong tersenyum. "Kau takut menutup matamu lagi," terkanya. Shin Mi diam saja.
Perlahan-lahan Suk Bong mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Shin Mi. Jantung Shin Mi berdebar lebih kencang. Ia menutup matanya. Dan Suk Bong mencium bibirnya dengan lembut (suka deh liat kiss scene mereka, keliatan manis).
Di luar Suk Bong senyum-senyum sendiri. Ia terlihat sangat senang. Shin Mi keluar sambil mengaduk-aduk tasnya mencari kunci mobil. Suk Bong tersenyum padanya.
"Kenapa kau lama sekali. Aku pikir jantungmu sudah mati kesemutan."
"Sekarang kau tak bicara dengan bahasa hormat padaku?" seru Shin Mi.
Suk Bong tak menanggapi pertanyaan Shin Mi. Ia meminta kunci mobil. Shin Mi makin kesal. Suk Bong mulai menggodanya.
"Aku tidak akan bicara bahasa hormat dengan wanita yang ciuman pertamanya denganku."
Lalu Suk Bong mengambil kunci mobil di tangan Shin Mi yang cuma bisa melongo.
Suk Bong membawa mobil Shin Mi. Di bangku belakang ia melihat tasnya. Ia tahu Shin Mi baru saja dari makam ayahnya. Ia memprotes mengapa tak pergi bersamanya. Shin Mi beralasan ia tidak akan bisa mengutarakan isi hatinya jika Suk Bong ikut.
"Kau mengatakan apa?" tanya Suk Bong
"Berterimakasih karena telah membiarkan Choi Suk Bong lahir."
Suk Bong tersenyum mendengar ucapan Shin Mi. Ia memandangi wajah Shin Mi yang mulai grogi. Shin Mi meminta Suk Bong segera menjalankan mobil.
Suk Bong mangajak Shin Mi ke rumah sakit menjenguk Jeong Tae. Ia memberitahu Shin Mi bahwa Jeong Tae adalah sahabat ayahnya. Jadi ia selalu ingin mengunjunginya. Yang ia tahu ayahnya adalah anak tunggal. Keluarga ayahnya yang masih tersisa tinggal di luar negeri.
"Jadi ingin pergi bersama Soon Mi." goda Suk Bong lagi.
Shin Mi hendak membuka suaranya untuk memprotes. Suk Bong lebih dulu memakaikan sebuah bando di kepala Shin Mi.
"Ini aku beli untukmu sebagai hadiah ulang tahun." ucap Suk Bong. "Hari ini sangat ingin berterimakasih karena Shin Mi lahir didunia ini."
Shin Mi sangat senang menerima hadiah Suk Bong. Ia memegangi rambutnya. Suk Bong mencubit pipi Shin Mi dengan gemas.
Suk Bong menggandeng Shin Mi masuk ke kamar Jeong Tae dan memperkenalkannya.
"Dia adalah wanita yang selalu mengatakan menyukaiku tiap hari" ucap Suk Bong. Shin Mi menyenggol lengan Suk Bong kesal.
"Jong Heon. Putri Jong Heon?" ucap Jeong Tae.
Jeong Tae ternyata mengenali Shin Mi sebagai putri dari sahabatnya Lee Jong Heon. Suk Bong terkejut karena Jeong Tae mengenali Shin Mi. Yang ia tahu Shin Mi baru pertama kalinya kesana. Padahal Shin Mi sudah pernah kesana ketika membuntuti ayahnya. Jeong Tae meminta tangan Shin Mi. Suk Bong memberikan tangan Shin Mi padanya. Ia mengenggam tangan Shin Mi.
"Kesalahan yang tidak disengaja," ucapnya tiba-tiba.
Suk Bong bingung menangkap maksud ucapan Jeong Tae. Shin Mi yang sudah tahu arah pembicaraan Jeong Tae hanya diam saja. Suk Bong ingin menanyakannya lebih lanjut, tapi seorang suster masuk dan mengatakan sudah saatnya Jeong Tae minum obat.
Di rumah Lee Jong Heon sedang memandangi foto mudanya bersama kedua sahabatnya Chul Min dan Jeong Tae. Shin Mi masuk kesana. Shin Mi menegaskan bahwa ia tak bisa melepaskan Suk Bong. Ia juga meminta ayahnya berlaku baik pada Suk Bong untuk menebus kesalahan di masa lalu. Shin Mi mengatakan bahwa Suk Bong adalah orang yang telah membuka hatinya. Shin Mi mempunyai pengalaman traumatis ketika ibunya meninggal. Dulu ia melihat ibunya meninggal dalam keadaan kesepian karena ayahnya selalu sibuk bekerja. Mulai sejak itu ia mengunci pintu hatinya rapat-rapat untuk pria. Sejak bertemu dengan Suk Bong pikirannya berubah. Jika harus melepaskan Suk Bong berarti ia harus kembali menutup pintu hatinya.
Ayo tebak mana yang ayahnya Suk Bong? |
Shin Mi masuk ke kamarnya. Ia mengambil tissu untuk membersihkan wajahnya. Tiba-tiba ia teringat ciumannya bersama Suk Bong dan tak jadi mengelap bibirnya. Suk Bong mengiriminya SMS 'Aku sedang cuci muka, tapi kenaapa aku tak ingin membasuh bibirku.' Shin Mi tersenyum membaca pesan itu.
Suk Bong presentasi. Ia menjelaskan lokasi-lokasi strategis untuk mempromosikan kartu Eco Fashion. Shin Mi menyetujuinya. Ia meminta timnya bekerjasama dengan baik. Kepala Manager mengusulkan sebuah liburan untuk merehatkan otak mereka yang selama ini sudah bekerja keras untuk peluncuran kartu kredit itu. So Jung juga mendukung usulan itu. Shin Mi tak bisa membantah. Ia menyutujui, tapi meminta liburan di tempat yang dekat saja. Tentunya untuk menghemat biaya yang dikeluarkan perusahaan .
Shin Mi menemui Tae Hee dan Woon Suk di kantor Boo Ho Style. Tatapan mata Woon Suk dingin saat melihat ke arah Shin Mi sedangkan Tae Hee langsung mengusap pipinya. Ia masih ingat tamparan Shin Mi ketika di taman hiburan. Shin Mi meminta maaf pada Tae Hee. Tae Hee cukup terkejut mendengar permintaan maaf Shin Mi.
Tujuan Shin Mi datang sebenarnya ingin meminta mereka menutup mulut mengenai rahasia ayahnya. Woon Suk juga manyarankan Shin Mi agar tak memberitahu Suk Bong mengenai masalah ini.
Di rumah Lee Jong Heon memanggil Suk Bong. Ia menyerahkan selembar foto. Foto masa mudanya bersama kedua sahabatnya Chul Min dan Jeong Tae.
Woon Suk mengajak Tae Hee makan siang di rumahnya. Woon Suk memasakkan sup tulang iga untuk Tae Hee.
"Kau yang memasak sup ini sendiri?" tanya Tae Hee.
"Iya." Woon Suk membenarkan.
Tae Hee tiba-tiba menangis. "Maaf aku tak berhak memakan sup ini," isaknya.
Woon Suk mengira Tae Hee hanya terharu, tapi Tae Hee malah semakin terisak. Ia bingung melihatnya "Kenapa?"
"Aku juga tak tahu kenapa bisa jadi begini. Aku selalu memikirkan orang itu. Aku kira di hatiku hanya ada kau Woon Suk. Tapi aku juga tak tahu mengapa selalu memikirkan Choi Suk Bong," ucap Tae Hee. Ia mengakui bahwa dirinya mulai menyukai Suk Bong (Tae Hee neh bener2 jujur banget). Woon Suk terdiam mendengar pengakuan dari Tae Hee.
"Waktu melihatnya bermain piano ia terlihat lebih tampan. Waktu di taman hiburan juga. Aku kesal saat melihatnya bersama Shin Mi. Aku benar-benar tak tahu mengapa aku seperti ini," sesalnya. "Oppa, maaf. Di hatiku hanya ada kau seorang. Aku hanya menyukaimu, tapi maaf oppa..." Tae Hee kembali terisak.
Woon Suk tersenyum memaklumi.
"Maaf apa? Tak ada yang perlu dimaafkan," hiburnya. "Aku tak bisa terus ada di hatimu. Akulah yang bersalah padamu. Kau pasti sangat menderita, kan?"
Tae Hee menganggukkan kepalanya. Ia mengambil serbet dan membuang ingusnya (jorok...)
"Tae Hee, kau jangan memikirkan apapun. Aku, Choi Suk Bong dan acara pertunangan kita. Ikuti kata hatimu. Biarkan berjalan alami saja." ucap Woon Suk.
"Benar?"
"Untuk rencana pertunangan kita, tunggu setelah hatimu mantap baru kita teruskan." Woon Suk memberi usulan.
Tim Smart berangkat berlibur. Shin Mi masuk ke dalam bis dan melihat bangku di sebelah So Jung kosong. Ia hendak duduk disana, tapi So Jung buru-buru mencegahnya. Di belakang mereka Suk Bong memindahkan tasnya disamping bangkunya yang masih kosong. Dan dengan isyarat menyuruh Shin Mi duduk di sana. Shin Mi tersenyum senang kemudian duduk di sebelah Suk Bong.
Woon Suk datang ke rumah Tae Hee dengan membawa bunga mawar. Tae Hee senang mendapat kejutan itu. Woon Suk mengajak Tae Hee kencan. Woon Suk membawa Tae Hee ke pasar ikan (wkwkwk, kebayang dong orang kayak Tae Hee ke jalan2 ke tempat yang becek dan bau. Woon Suk neh ada2 aja). Woon Suk menggandeng Tae Hee yang sepanjang jalan terus menutup hidungnya karena bau. Ia juga menjerit histeris saat Woon Suk memperlihatkan belut padanya. Woon Suk senang bisa mengerjai Tae Hee.
Kemudian mereka menghabiskan sore di pinggir pantai sambil menikmati sunset. Woon Suk memijat telapak tangan Tae Hee yang mengeluhakan sakit di lambungnya.
Tae Hee bercerita bahwa dulu Woon Suk sering datang kesini jika sedang sedih."Kenapa kau tahu?" tanya Woon Suk.
Tae Hee tertawa. "Aku semenjak bisa berjalan sepanjang hari selalu mengikuti oppa."
Flash Back.
Woon Suk sedang membaca koran yang menggosipkan ayahnya. Ia marah dan memukulkan tangannya pada batu. Tangannya berdarah. Dari jauh Tae Hee melihatnya dengan miris. Tae Hee juga membawa koran yang sama dan menyobek-nyobek koran itu dengan kesal.
"Kau melihat semuanya?" tanya Woon Suk.
"Aku merasa jika aku berpura-pura tahu pasti oppa kan membenciku. Oppa, kau jangan melukai diri sendiri lagi. Aku sudah putusakan kita percepat pertunangan saja. Aku takut hatiku semakin bimbang. Jika kita tak jadi bertunangan, ayah tak akan membantu kita. Aku takut ayah akan melukaimu, Oppa. Aku tak menyukai hal itu."
Woon Suk tersenyum pada Tae Hee (ya ampyun, senyumnya manis banget).
"Tae Hee aku harus bagaimana terhadapmu?" Woon Suk mulai menyadari kebaikan hati Tae Hee.
Lalu tiba-tiba memeluk Tae Hee. Tae Hee senang dan membalas pelukan Woon Suk dengan mengunci tubuh Woon Suk. Woon Suk kaget tapi kemudian ia tertawa.
Setibanya di penginapan tim Smart mengadakan barberque. So Jung dan Shin Mi menawarkan diri membeli minuman.
Sekretaris Yoon sedang minum kopi bersama dengan Pengurus rumah di Kafe Ainas. Tiba-tiba pintu terbuka dan masukklah seorang pria yang membuat Sekretaris Yoon terperangah. Pria itu adalah Byung Do dengan penampilan barunya. Byung Do berpakaian necis dengan mengenakan jas. Dandanannya rapi dan ia memakai kacamata. Pengurus rumah juga kaget saat melihat Byung Do. Byung Do memberitahu mereka bahwa ia baru saja bertemu klien membicarakan proyek investasi tambang.
Shin Mi dan So Jung pergi ke supermarket. Shin Mi curhat mengenai hubungannya dengan Suk Bong. Tiba-tiba segerombolan preman menghadang mereka di luar supermarket. Shin Mi dan So Jung tampak ketakutan. Untunglah Suk Bong segera datang menolong mereka. Tapi ia kewalahan melawan beberapa preman itu. Dari jauh Mun Dae Myung melihat mereka. Ia mendekat. Shin Mi dan So Jung lega mereka mendapat bala bantuan. Tapi yang ada Mun Dae Myung hanya mengancam preman itu bahwa ia sudah lapor polisi. Jelas saja preman-preman marah dan mau menangkapnya. So Jung menarik Mun Dae Myung dan mengajak mereka kabur. Mereka berlari sambil bergandengan tangan.
Mereka sampai di penginapan dengan selamat. Mereka terlihat lelah dengan nafas tersengal-sengal. Pegawai yang lain heran melihat mereka berempat. Apalagi melihat tangan mereka yang masih bergandengan. Ketua Yoo bertanya. So Jung menjelaskan mereka baru saja di hadang preman. Ketua Yoo mengomentari bahwa yang dilihatnya tidak seperti itu. Shin Mi dan Suk Bong sadar posisi tangan mereka. Mereka segera melepaskan diri dan terlihat salah tingkah.
Mereka membuat acara api unggun. Suk Bong menghibur dengan memainkan gitar sambil bernyanyi. Setelah itu So Jung juga menyumbangkan suaranya dengan menyanyikan sebuah lagu.
Setelah acara api unggun mereka bersulang untuk kesuksesan peluncuran kartu Smart. Shin Mi segera mengambil gelas arak dari tangan Suk Bong saat yang lain sedang meneguk minuman masing-masing. Ia melarang Suk Bong minum.
Lalu mereka bermain putar botol.
Mun Dae Myung mendapat giliran pertama. So Jung antusias bertanya padanya. Ia bertanya apa ada orang yang disukainya sekarang ini. Ketua Yoo mencemooh dengan mengatakan bahwa Mun Dae Myung tak pernah terlihat berpacaran. Mun Dae Myung enggan menjawab. Ia memilih meneguk arak (padahal kan dia paling anti minum alkohol). So Jung mendapat giliran kedua. Ia senang dan bersiap-siap dengan pertanyaan dari Mun Dae Myung.
"Apa kuncir aneh di rambutmu itu kau yang buat?" tanya Mun Dae Myung. So Jung yang tak mengira mendapat pertanyaan konyol seperti itu cuma bisa melongo.
Kemudian botol itu memilih Suk Bong. Shin Mi mulai panik. Benar saja So Jung memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya mengenai hubungannya dengan Shin Mi.
"Choi Suk Bong, apa kau sekarang sedang berpacaran?"
Suk Bong melirik Shin Mi lalu menjawab iya.
Shin Mi benar-benar salah tingkah. Dan akhirnya ia mendapat giliran juga. Ia panik dan ketakutan.
"Lewat!" serunya lantang (mentang2 bos). Semua mencelanya.Suk Bong mulai mengajukan pertanyaan. "Manager, apa kau menyukaiku?"
Shin Mi terlihat bingung dan malu. Ia memlilih untuk menerima hukuman dengan minum arak. Ia hendak meneguk arak itu, tapi gelasnya disambar Suk Bong yang langsung menggantikannya minum.
Shin Mi pergi keluar. Suk Bong menyusulnya. Ia mengandeng kelingking Shin Mi. Lalu ia menggoda Shin Mi dengan memanggilnya Soon Mi. Shin Mi ngambek. Suk Bong terus saja menggodanya malah menyanyikan lagu sindiran untuknya.
Ia mengejar Suk Bong yang semakin semangat menggodanya. Suk Bong berhenti di depan api unggun yang masih menyala. Ia kegerahan dan membuka resleting jaketnya. Shin Mi langsung menangkap tubuh Suk Bong.
"Tertangkap kau!" serunya. Lalu ia menjadi grogi dan melepaskan tangannya. Suk Bong menangkap tangannya. Dan menyuruhnya jangan melepaskan pelukan itu.
Suk Bong menaruh tangan Shin Mi di dadanya
"Apa kau mendengar itu? Kau tak mendengar detak jantungku. Shoon Mi-ku adalah milikku."
Suk Bong melepaskan pelukan Shin Mi. Ia menatap wajah Shin Mi. Mata Shin Mi berkaca-kaca. Suk Bong mengira Shin Mi terharu mendengar ucapannya.
"Apa sekarang kau ingin menangis, Shoon Mi ku?""Aku tak yakin ada hal yang menggembirakan seperti ini."
"Tutup matamu!" perintah Suk Bong
Shin Mi memejamkan matanya. Air mata keluarnya (baru kali ini liat Shin Mi nangis, biasanya dia selalu tegar). Suk Bong mengusap air mata di pipinya.
"Aku tak akan menciummu. Jadi kau jangan terlalu berharap," godanya.
Shin Mi menbuka matanya dan melepaskan diri dari Suk Bong.
Shi Mi duduk di depan api unggun. Suk Bong ikut duduk di sampingnya. Ia meraih tangan Shin Mi.
"Aku berterimakasih padamu," ucapnya. "Jika tak ada kau pasti aku tak akan setegar ini. Jika ayah adalah langit yang runtuh. Bagiku kau adalah satu harapaan yang menolongku. Terimakasih kau adalah alasanku terus hidup."
Suk Bong melepas kalungnya dan hendak memakaikannya pada Shin Mi, tapi Shin Mi merasa tak pantas untuk menerima kalung itu. Ia bangun dan menolak. Suk Bong heran melihat sikap Shin Mi dan bertanya padanya.
"Aku tak bisa memakainya." ucapnya. "Ayahku tak akan setuju kau melakukan ini."
"Apa yang kau katakan?" tanya Suk Bong.
"Ayahmu meninggalkan dunia ini. Kau tak bisa bertemu dengan ayahmu. Semua karena ayahku." beber Shin Mi.
Suk Bong kaget mendengar ucapan Shin Mi. Ia ikut bangun. Memegang bahu Shin Mi dan menatapnya tajam "Apa maksudmu?"
0 komentar:
Posting Komentar