Minggu, 16 Januari 2011

My Princess episode 2 part 2

Sinopsis My Princess episode 2 part 2 :


Lee Seol membawakan kopi untuk Profesor Nam Jung Woo dan temannya. Lee Seol membawa 3 gelas, untuk prof, teman profesor dan satu gelas lagi untuk dirinya. Tapi di pertengahan jalan, Park Hae Young sengaja mengambil kopi milik Lee Seol.. Haha..
"Terimakasih." ucap Park Hae Young tanpa rasa bersalah.





Lee Seol menyerahkan kopi itu pada prof dan temannya. Mereka tengah membicarakan barang peninggalan sejarah. Lee Seol melihat foto dokumenter di buku prof. "Apa itu?" tanya Lee Seol pada profesor.
"Oh, selama mata kuliahku kau pasti hanya memperhatikan wajahku. Aku sudah mengajari kalian tentang ini. Ini adalah tas milik ratu Myenseong." jawab Prof.
"Ow," Lee Seol tertawa. "Sepertinya aku mengenali tas ini, ada satu dirumahku  yang seperti ini."
Teman Prof tertawa mendengar ocehan Lee Seol, "Benarkah? Haha.. Dia memang mahasiswa yang menarik. Kau tau, tas ini hanya ada di dalam sejarah. Kalaupun kau punya di rumahmu, aku berjanji akan memasukkan namamu ke buku sejarah."
"Benarkah?" tanya Lee Seol. Semuanya tertawa. Kecuali Park Hae Young.



Teman prof. tiba-tiba menyinggung tentang Yoon Joo pada proffesor. "Aku tidak menyangka Yoon Joo bisa sangat berani seperti itu dengan mempublikasikan tulisan tangan Soon Jong. Sangat mengagumkan. Lebih baik kau cepat-cepat menikahinya, sebelum ia bertambah populer."
"Kau berbicara yang tidak-tidak." jawab Prof, karena permasalahan saat itu dengan Yoon Joo, proffesor jadi tidak menyukai kalau ada yang menyebut nama Yoon Joo.



Nah, terbongkarlah semua. Park Hae Young diam-diam mendengar pembicaraan itu, ia jadi mengetahui semuanya. Park Hae Young menatap sinis ke arah profesor Nam Jung Woo. Sedangkan Lee Seol panik, beberapa kali ia menengok ke arah Park Hae Young kemudian melihat lagi ke arah profesor. Lee Seol panik.





Prof Nam Jung Woo menyadari kalau Park Hae Young sedang melihat sinis ke arahnya. Profesor bertanya heran, "Apa ada yang ingin kau katakan?"
Karena takut terjadi perang dunia ke 3 dan ke 4, Lee Seol segera mengalihkan pembicaraan, "Oh, benar proffesor. Aku lupa mematikan gas di dalam. Aku akan pergi ke dalam dulu untuk mematikan gas." ucap Lee Seol, ia kemudian berjalan ke arah Park Hae Young.





"Ayo masuk ke dalam. Cepat.." pinta Lee Seol. "Cepat.."
Park Hae Young terus menatap ke arah profesor. Dengan tenaganya, Lee Seol mendorong-dorong Park Hae Young agar ia masuk ke dalam.



Di dalam rumah, Park Hae Young meminta penjelasan pada Lee Seol tentang hal yang baru saja di dengarnya.
"Apa Yoon Joo yang mereka bicarakan adalah Yoon Joo yang aku kenal?" tanya Park Hae Young.
"Oh, apa nama direktur itu Yoon Joo? Aku baru menyadarinya." Kilah Lee Seol.
"Kau sudah mengetahui semua ini dari awal. Katakan padaku siapa orang itu. Siapa yang harus menikahi Yoon Joo." Park Hae Young berkata dengan nada memaksa.



Lee Seol mencoba menghindar, "Apa kau ingin makan sup kacang merah? Aku akan membuatkannya untukmu." Lee Seol berjalan menjauhi Park Hae Young, tapi Park Hae Young sudah terlebih dulu memegang kencang lengan Lee Seol. "Apa kau ingin mengalihkan pembicaraan?"
"Baiklah.. Baiklah.." ucap Lee Seol seraya melepaskan tangan Park Hae Young dari lengannya.



"Kali ini kita akan membuat kesepakatan dan kita akan bergabung menjadi satu team. Begini, sebagaimana rumor yang sudah tersebar, kalau cinta pertama profesor Nam Jung Woo adalah direktur dari museum Hae Young. Dan ternyata itu bukan hanya sekedar rumor, itu benar-benar terjadi. Yoon Joo adalah cinta pertama proffesor. Apa kau masih punya keberanian untuk mengalahkan cinta pertamanya?" ucap Lee Seol menjelaskan hal yang sebenarnya.
"Kenapa aku harus mengalahkannya?" tanya Park Hae Young tidak mau tersaingi.





"Hey, kau itu sudah kalah dengan cucu dari perusahaan Dae Han. Mengerti?" ucap Lee Seol. "Oke, bagaimanapun juga kau harus membantuku. Kalau seorang pria sudah  jealous, maka darahnya akan naik ke ubun-ubun. Aku akan tetap berusaha mendapatkan proffesor dan pergi ke mesir." ucap Lee Seol dengan berlebihan dan kesungguhan. haha.
"Apa?"



Lee Seol mengajak Park Hae Young untuk mengintip apa yang sedang di lakukan oleh prof dan temannya. Mereka mengamati lewat pintu.



Kemudian mereka kembali masuk ke dalam.
"Hey, ayo, cepat pegang tanganku.." Lee Seol menaruh tangan Park Hae Young di lengannya.
"Kenapa? Saat aku memegang tanganmu kau akan menjerit=proffesor tolong aku proffessor..=' tebak Park Hae Young. haha.. Park Hae Young selalu niruin gaya Lee Seol.
"Binggo! Kenapa kau bisa tau hal itu." tanya Lee Seol heran.
"Sudahlah.. Ayoo.." Park Hae Young menarik tangan Lee Seol, mereka menuju ke lantai atas, tepatnya ke kamar Lee Seol.



"Hey, ada apa ini?" tanya Lee Seol.
"Ini kamarmu bukan? cepat rapikan barang-barangmu." suruh Park Hae Young.
"Ah, kau ingin bersikap tidak bertanggung jawab.."
"Kita akan pergi ke Seol.."
"Aish kita sudah sepakat untuk melakukan perdama--.."
"Aku pikir kau bibiku." ucap Park Hae Young dengan cepat.

Lee Seol tidak mengerti apa yang baru saja Park Hae Young katakan. "Apa? Bibi apa?"
"Kau tidak tau maksud dari kata bibi? Kau anak dari kakekku." jawab Park Hae Young.



Lee Seol percaya tidak percaya, mendengar perkataan Park Hae Young. Dan Lee Seol tertawa, ia kira Park Hae Young sedang membual.
"Ini sangat konyol bukan?" tanya Park Hae Young. "Aku juga berpikiran sama, tidak lebih dari 48 jam aku tau kalau adalah bibimu."
"Maksudmu, aku adalah bibi dari seorang diplomat yang selalu menggunakan mobil mewah, yang membeli cincin mahal dan dia lebih tua dariku. Apa buktinya? Hei, kalaupun keluarga biologisku mencari, ia akan membawa bukti. Misalnya foto keluarga, surat kelahiran dan mereka akan mengatakan =apa kau ingat ini, apa kau tau ini= bukan malah mengirimkan keponakan yang bahkan umurnya lebih tua dariku." ujar Lee Seol.

"Kalaupun kakekku ingin melakukannya, tapi ia tidak bisa. Ia sedang sakit." Park Hae Young memberikan alasan yang benar.
"Whoaa.." Lee Seol memundurkan badannya. "Aku sudah tau ini akan terjadi. Apa dia mencariku karena dia membutuhkan jantung atau ginjal untuk didonorkan?" tanya Lee Seol.. Haha..





"Hey.. Hey.. Kenapa kau berpikir seperti itu." ucap Park Hae Young.
Lee Seol mendekatkan wajahnya pada Park Hae Young, "Hey, kenapa kau memanggilku hey. Kau bilang aku ini adalah bibimu. Tunggu, apa dia kaya? Aku paling tidak suka menjadi seorang anak yang juga sekaligus tulang punggung keluarga. Kau tau, aku sudah sangat menderita saat ini. Aku harus pergi kuliah dan kerja paruh waktu. Kalau aku harus menambahkan satu orang lagi yang harus aku biayai, maka hidupku akan bertambah sulit."
"Lihat aku, apa aku terlihat seperti orang miskin. Ini bukan joke, cepat bereskan barang-barangmu."



Lee Seol dan Park Hae Young menemui profesor Nam Jung Woo. Park Hae Young berkata sinis pada profesor, "Aku akan meminta bantuanmu, ini menyangkut kehidupan Lee Seol jadi kami harus pergi. Dan aku minta padamu untuk menjaga tempat ini sementara waktu."
Lee Seol kesal mendengar Park Hae Young mengatakan salam perpisahan yang tidak sopan seperti itu. "Ini adalah urusanku jadi biarkan aku sendiri yang mengatasinya." ucap Lee Seol pada Park Hae Young.

Lee Seol tersenyum pada prof kemudian ia mengatakan, "Proffesor, seperti yang sudah dia katakan, bahwa ada hal yang penting yang harus aku selesaikan, jadi aku harus pergi."
Karena tidak sabar, maka Park Hae Young langsung menarik tangan Lee Seol dan berjalan cepat menuju mobil. "Apa kau ingin mengucapkan salam perpisahan itu seharian penuh."

Lee Seol berusaha untuk tetap memberikan salam, ia membungkuk.
"Kau tidak perlu seperti itu, karena nantinya, dia yang akan lebih menghormatimu." ucap Park Hae Young.



Di perjalanan, Lee Seol penasaran tentang sesuatu hal, ia langsung menanyakannya pada Park Hae Young yang sedang serius mengemudi, "Sebenarnya apa pekerjaannya?" tanya Lee Seol. "Kakekmu."
"Kakekmu?" Park Hae Young mengulang kata-kata Lee Seol, kemudian Park Hae Young tersenyum. "Well. dia membuat seperti itu." Park Hae Young menunjuk ke sebuah handphone canggih.



"Oah.. Jadi dia mempunya perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan cover handphone." ucap Lee Seol dengan polos.
Park Hae Young tersenyum mendengar hal itu. Aish, kakek Park Hae Young bukan buat cover handphonenya, tapi handphone itu sendiri.
"Apa kau sudah membuang kartu namaku?" tanya Park Hae Young.
"Belum." Lee Seol mengambil kartu nama Park Hae Young di dalam tas.
"Baca namaku."
"Park Hae Young"
"Dan apa nama museum yang kita datangi."
"Hae Young museum." Mendengar ucapannya sendiri, Lee Seol terkejut. "Ja.. Ja. Jadi, cucu dari perusahaan Dae Han adalah kau.."
"Ya. kakekku memberikan nama untuk museum itu, dari nama belakangku."
Lee Seol benar-benar terkejut mendengarnya.



Di pintu gerbang, saat mobil hendak masuk ke rumah besar milik Park Hae Young, lagi-lagi Lee Seol terkagum-kagum.. Mereka sampai di rumah. Beberapa pelayan dan kakek dan juga Ayah Yoon Joo menunggu kedatangan mereka.



Seorang asisten membuka pintu mobil Lee Seol. Kakek melihat Lee Seol, ia sangat bahagia. Kakek berusaha untuk berdiri, walau kesusahan ia tetap berusaha berdiri.
Lee Seol cemas, "Tidak usah, kau duduk saja."
Kakek malah berlutut dan memegang erat tangan Lee Seol, kakek berkata, "Yang mulia.." panggilnya.



Jelas sekali, bukan hanya Lee Seol yang terkaget-kaget mendengar hal itu, tapi juga Park Hae Young.
Kakek menangis, "Yang Mulia, tidak ada yang aku inginkan selain kematian, aku sudah melakukan dosa, Princess.."



Di rumah, Park Hae Young memaksa masuk ke sebuah ruangan. Ayah Yoon Joo tidak memperbolehkan ia masuk, karena kakek sedang berbicara dengan Lee Seol di dalam.
"Tidak boleh ada orang lain yang masuk." ucap Ayah Yoon Joo.
"Apa aku orang lain?" tanya Park Hae Young kesal. "Sebenarnya ada apa? Kenapa bibiku berubah menjadi Princess?" Park Hae Young benar-benar tidak mengerti tentang keadaan yang sebenarnya terjadi. Ayah Yoon Joo juga tetap keukeuh (?) tidak memberitahukan apa yang sudah terjadi.



Di dalam ruangan, Lee Seol melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan besar itu benar-benar membuatnya terkesima.
Saat hendak duduk, Lee Seol mempersilakan agar kakek duduk terlebih dulu. "Silakan duduk."
"Silakan duduk yang mulia."
"Ah, tidak. Kau dulu saja."
"Silakan duduk yang mulia." ucap kakek lagi.



Kemudian setelah mereka berdua duduk, kakek membuka sebuah kotak. Kotak itu berisi semua benda-benda berharga dari kerajaan kekaisaran Soon Jong. Kakek mengeluarkan sebuah foto dan menunjukkannya pada Lee Seol.
"Apa kau mengenal siapa ini?" tanyan kakek.
"Bukankah itu kaisar Soon Jong."
"Benar sekali. Aku sangat senang kau mengenalnya. Baiklah aku akan mulai menceritakan sebuah kisah lama padamu."

Kakek kecil 


Flashback ke masa kekaisaran Soon Jong beberapa tahun yang lampau. Saat itu Kakek masih sangat kecil, dan ayah kakek adalah orang kepercayaan Raja Soon Jong. Raja Soon Jong memberikan selembar tulisan tangannya (Di sana tertulis Lee Young) dan benda lain pada ayah kakek. Kaisar Soon Jong memang menyembunyikan anak pertamanya, hal itu dilakukan karena ia tidak ingin terjadi hal yang tidak baik pada anaknya itu. Kaisar Soon Jong hanya ingin kemerdekaan Joseon, kelak saat Kaisar Soon Jong mati, maka penerusnya adalah anaknya sendiri.



Kembali ke kehidupan saat ini.
Kakek berkata, "Ayahku menyembunyikanku dari masyarakat dan mengirimkan uang yang telah disiapkan oleh kaisar Soon Jong untuk Shanghai Provisionally Goverment. Tapi, aku saat itu yang bodoh, sebelum kemerdekaan aku malah melarikan diri dengan segala hal yang tersisa. Itulah kisahnya, Prince Lee Young adalah kakek dari yang mulia. Prince Lee Young harus melakukan banyak hal yang sangat berat. Demi, masyarakat korea, aku meminta maafmu Yang Mulia."
"Secara sederhana, jadi kau ingin mengatakan kalau aku adalah cicit dari Kaisar Soon Jong." ucap Lee Seol mencoba menyederhanakan cerita kakek yang berbelit.
"Apa kau sangat terkejut?" tanya kakek.

"Tentu saja. Aku benar-benar terkejut. Saat aku kecil, mimpiku adalah ingin menjadi seorang Princess."
"Itu bukan hanya mimpi tapi kenyataan. Saat aku kecil, Kaisar Soon Jong sangat baik, aku sering bermain-main di pangkuannya." ucap kakek
"Whoaa. benar-benar sangat mengejutkan. Tapi, bagaimana cara membuktikan kalau aku adalah seorang Princess? Aku tidak memiliki tanda lahir dibadanku?"


Kakek mengeluarkan foto lain. "Apa kau mengenalinya?"
"Tidak."
"Benarkah kau tidak mengenalinya."
"Maafkan aku, aku sama sekali tidak ingat masa-masa kecilku dulu."
"Ingatlah kembali Yang Mulia."
"Tidak mau."
"Ingatlah kembali. Kau harus mengingatnya." pinta Kakek dengan paksa.
"Seharusnya, kenangan itu yang datang ke pikiranku. hanya saat aku berumur 5 tahun yang aku ingat." Lee Seol mengingat-ingat sesuatu. "Menangis keras di gang. Ah, anak kecil mana yang tidak pernah menangis di gang. Ikatan rambut merah Strawaberi. Ah, semua anak juga pernah memilkinya. Rumah... Helikopter.. Ah, aku tidak ingat lagi. Aku bahkan tidak bisa mendeskripsikan apa semua itu benar-benar kenangan atau hanya mimpi atau bahkan hanya fantasi yang aku buat." keluh Lee Seol.





Cre : http://recap-koreandrama.blogspot.com/

1 komentar:

yanne on 16 Januari 2011 pukul 20.18 mengatakan...

Annyeong haseyo chingu..^__^
miane, aq slh satu penggemar blogmu, di list my fav blog aq cantumin blogmu juga ^__^, oc dech besok aq tulis link mu. Ghamsahamida

Posting Komentar

 

coretan yanni Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template