Park Hae Young memasuki rumah Lee Seol. Lee Seol dengan bangga mempersembahkan kamar terbaik dari rumahnya pada Park Hae Young. "Jenis type kamar apa yang sedang kau cari?" tanya Lee Seol ramah.
Park Hae Young menatapnya.
Kemudian Lee Seol memandu Park Hae Young untuk memilih kamarnya. Lee Seol menawarkan kamar yang terbaik, yang terdapat di lantai atas untuk Park Hae Young, "Ini adalah Royal Grand Executive Presidential Suite. Apa kau menyukainya?" tanya Lee Seol.
Whatz? Royal Grand Executive Presidential Suite? Mana bisa kamar sesederhana itu dinamakan Royal Grand Executive Presidential Suite. Haha.. Seperti biasa Lee Seol selalu berlebihan saat berbicara.
"Bagaimana?" tanya Lee Seol.
Karena Park Hae Young diam saja, maka Lee Seol menyimpulkan kalau Park Hae Young tidak menyukai kamar itu. "Baiklah. Kamar selanjutnya adalah Royal Deluxe Ambassadorr. Bagaimana?"
"Tidak. Aku di sini saja." jawab Park Hae Young.
Kemudian mereka kembali turun.
"Normalnya, biaya sewa sebesar 150 dolar per malam. Karena kau akan tinggal selama 2 hari, maka aku akan memberikan harga hanya 295 dolar." ucap Lee Seol.
Lee Seol berbicara dengan logat resmi, "Anda harus membayar tunai di awal transaksi." ucapnya seraya menengadahkan tangan pada Park Hae Young.
Park Hae Young membuka dompetnya kemudian mengeluarkan kartu kredit.
"Oh, baru saja 5 menit sebelum kau datang, mesin penghitung kartu kredit kami rusak." jawab Lee Seol.
Kemudian Park Hae Young mengambil checknya sebesar 1000 dolar. "Ada kembalian 705 dolar?"
"Ah.. Kali ini aku ingat nomor rekeningku. Aku akan membantumu dengan pembayaran tunai." Lee Seol menyerahkan nomor rekeningnya. "Selamat menjalankan transaksi tunai dengan bank.. Sekian dariku." ucap Lee Seol seraya pergi berlari meninggalkan Park Hae Young yang masih memperhatikannya.
Park Hae Young masih menganggap kalau Lee Seol adalah anak dari kakeknya, maka dari itu kakeknya menyuruh Park Hae Young untuk mencari Lee Seol. "Ah, dia benar-benar mirip sekali dengan kakek." ucap Park Hae Young. Ia berjalan mengitari rumah, untuk melihat-lihat.
Tanpa sengaja Park Hae Young melihat foto keluarga Lee Seol. Di foto itu, Lee Seol berfoto bersama ibu dan kakaknya. Park Hae Young melihat foto ibu Lee Seol dengan saksama, kemudian ia menggeleng "Aigoo. Dia benar-benar bukan tipe kakekku."
Kemudian Park Hae Young pergi melihat-lihat kamar yang lain. Ia menelpon ayah Yoon Joo untuk menginformasikan kalau ia sudah bertemu dengan Lee Seol.
"Bagaimana keadaan kakek? Ya, aku sudah menemukannya. Tapi, aku tidak bisa tinggal seperti ini. Ya, dia memang sangat manis sekali dan terlalu berlebihan. Dia adalah orang yang dengan jelas-jelas berbohong dengan nama aslinya dan dia sengaja datang ke museum untuk mendekatiku." ucap Park Hae Young seraya memperhatikan Lee Seol yang tengah memakan kimchi.
"Apa maksudmu.?" tanya Ayah Yoon Joo tidak mengerti.
"Jangan menungguku. Aku akan terlebih dulu mengawasinya, kalau aku mau aku akan membawanya ke rumah." jawab Park Hae Young.
"Mengertilah, dia adalah orang yang sangat dicari oleh Kakekmu. Kakekmu menunggunya selama hidupnya." ucap Ayah Yoon Joo. "Kau harus lebih kuat dari pada saat ini."
Pagi harinya..
Lee Seol memasak daging panggang. Lee Seol ingin agar Park Hae Young yang ada di kamarnya mencium wangi daging panggang yang baru saja dibuat oleh Lee Seol. Lee Seol menyebarkan wangi itu ke sekitar kamar Park Hae Young. Ia meniup-niup daging panggang agar wanginya sampai ke kamar Park Hae Young. Tak lama kemudian Park Hae Young keluar dari kamarnya. Dan Lee Seol cepat-cepat kembali ke meja makan, kembali bersikap wajar.
Lee Seol masih terus memanggang, kemudian ia memuji masakannya sendiri, "Hmm.. Good Smeell." ucapnya.
Park Hae Young menuruni tangga. Melihat Park Hae Young yang sudah berpakaian rapi, Lee Seol bertanya, "Apa kau akan pergi ke suatu tempat?"
"Aku akan keluar untuk sarapan. Apa di sini ada market terdekat?" tanya Park Hae Young.
"Ah.. Market ada di dekat Jalan Tol. Itu memakan waktu sekitar satu setengah jam. Percayalah padaku, lebih dekat Seol ketimbang market itu."
"Benarkah?" tanya Park Hae Young seraya memegangi perutnya.
Lee Seol menghampiri Park Hae Young dan menatapnya dengan iba. "Owh.. Bagaimana ini? Aku tidak menyiapkan hal yang istimewa hanya seperti ini, tapi paling tidak kau bisa mencicipinya." Lee Seol menawarkan sarapan buatannya.
"Benarkah?" ucap Park Hae Young, ia sedikit menutupi egonya agar bisa mendapatkan sarapan. Hahaa.
Park Hae Young duduk, lalu dengan sigap, Lee Seol melayani Park Hae Young.
"Makanan biasa 30 dolar. Makanan resmi 50 dolar." ucap Lee Seol seraya menyiapkan piring dan menaruh daging. "Ah, tentu saja, di situasi seperti ini, orang-orang pasti akan memilih makanan normal." ujarnya.
"Berikan aku makanan biasa." jawab Park Hae Young. Park Hae Young memilih makanan biasa agar Lee Seol mendapatkan sedikit bayaran.
"Ah, kau ini. Di situasi seperti ini, orang-orang akan lebih memilih makanan formal." ucap Lee Seol seraya memamerkan daging buatannya.
Di museum, Yoon Joo tengah diwawancarai oleh salah satu majalah terkemuka.
"Bagaimana perasaanmu tentang boomingnya berita mengenai penemuan yang kau pamerkan kemarin?" tanya pewawancara.
"Aku sangat senang. Karena masyarakat korea ternyata memiliki minat yang besar terhadap Korea." jawab Yoon Joo seraya tersenyum.
"Aku dengar bahwa kau adalah perempuan yang terpilih untuk menjadi perempuan nomor satu di korea."
"Ah, sebenarnya itu bukan prioritas utama. Tapi, entah kenapa, saat aku memikirkannya aku merasa sangat senang. Banyak keraguan yang datang dari pernyataan itu. Aku tau ada banyak keraguan diluar sana. Banyak dari mereka yang berpikir bahwa aku terpilih bukan karena kemampuanku tapi karena penampilanku." ucap Yoon Joo seraya tertawa.
Pewawancara pun tertawa. "Sepertinya seperti itu."
"Bagaimana pertama kali kau mengawali pencarianmu terhadap benda-benda kuno?"
Pertanyaan pewawancara itu membuat Yoon Joo flashback mengenang masa lalunya bersama Prof. Nam Jung Woo.
"Itu adalah kisah cinta pertamaku."
Yoon Joo menceritakan masa-masannya saat bersama prof. Nam Jung Woo. "Saat itu, kami kebetulan melihat catatan bahwa Kaisar Soon Jon memiliki anak yang sengaja ia sembunyikan. Dan anak itu juga telah berjuang untuk kemerdekaan Korea. Hal itu membuat aku sangat ingin mengetahuinya. Kami pergi ke tempat-tempat bersejarah. Ke museum, tempat persembahyangan dan lain-lain hanya untuk mengkonfirmasi kebenaran. Semakin dekat, kami harus melakukan semua pekerjaan yang ada sebagai syarat agar kami bisa menemukan kebenaran hal itu. Tapi, pada akhirnya yang hanya kami dapatkan adalah sebuah replika palsu. Dan akhirnya, saat ini aku bisa menemukan tulisan tangan Kaisar Soon Jo."
Pewawancara menanyakan hal lainnya, "Mungkin ini cukup pribadi dan akan sulit untuk dijawab. Aku dengar bahwa wali yang menjaga dari benda bersejarah itu tidak memberikan padamu secara gratis. Kau harus mengeluarkan jumlah yang sangat banyak untuk bisa mendapatkannya. Benarkah?"
Ditengah wawancara Prof. Nam Jung Woo datang menghampiri Yoon Joo. Ia memperhatikan Yoon Joo dari samping. Yoon Joo menyadari kedatangan Prof. Nam Jung Woo. Ia mengakhiri wawancara itu. "Tidak ada jumlah yang pasti yang harus aku keluarkan. Biarlah itu menjadi sebuah rahasia. Aku harap kau mengerti." ucap Yoon Joo pada pewawancara.
Yoon Joo dan Prof. Nam Jung Woo berbicara serius. Yoon Joo meminta maaf pada prof. Prof. Nam Jung Woo meminta alasan kenapa Yoon Joo melakukan hal itu. Kenapa Yoon Joo harus mempublikasikan benda itu di depan umum, padahal Prof. Nam Jung Woo juga memiliki peran penting dalam penemuan benda itu. Yoon Joo berbohong, ia berkata bahwa Kakek Park Hae Young (Direktur) meminta dirinya dan ayahnya untuk melakukan hal itu, jadi mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Di pihak pemerintah yang menentang adanya pembentukan kembali keluarga kerajaan tengah ribut. Mereka ribut karena ternyata Kakek Park Hae Young tengah melakukan pembicaraan tersembunyi dengan presiden. Ketua pihak pemerintah yang kontra itu meminta asistennya untuk mengetahui apa saja yang dibicarakan antara presiden dan Kakek Park Hae Young.
Kakek Park Hae Young bertemu dengan presiden. Mereka berbicara di ruang tertutup. Presiden menanyakan bagaimana perkembangan pembentukan keluarga kerajaan yang mereka rencanakan. Kakek Park Hae Young mengatakan bahwa ia telah mengatasinya.
Di rumah Lee Seol (sekaligus penginapan yang ditempati oleh Park Hae Young). Karena keran air panas tidak menyala, Park Hae Young berteriak, ia menjerit. Hahaa.. Kemudian, Park Hae Young pergi menemui Lee Seol yang ada di dapur.
Dari dapur, Lee Seol penasaran, kenapa Park Hae Young berteriak. Ia menengok-nengok untuk mengetahui ada masalah apa pada Park Hae Young. Saat Park Hae Young menghampiri Lee Seol, Lee Seol terkejut karena Park Hae Young tidak menutupi badannya. Park Hae Young hanya menutupi daerah terlarangnya dengan handuk.. Lee Seol membelakangi Park Hae Young.
"Hey, kenapa air panas tidak menyala?" tanya Park Hae Young yang kedinginan.
Lee Seol yang tadinya membelakangi Park Hae Young, langsung berbalik dan berbicara "Kau harus membayar 5 dolar terlebih dulu sebelum menggunakan air panas." ucap Lee Seol seraya menutupi matanya dengan tomat dan bawang bombay agar tidak melihat Park Hae Young yang setengah telanjang.
"Hey, kau.."
"Kau masih punya hutang 5 dolar, jadi aku tidak menyalakan pemanas air. Oh, ya. Aku akan pergi keluar, jadi pastikan kau menutup dan mengunci pintu. Apa kau ingin dibelikan sesuatu? Seperti sup pasta kacang merah mungkin?" tanya Lee Seol.
"Sudahlah, nyalakan saja.." kata-kata Park Hae Young terhenti, ia menyadari sesuatu. "Apa? Sup pasta kacang merah? Kau bilang disekitar sini tidak ada market."
"Memang tidak ada market. Aku akan pergi ke warung."
"Apa?"
"Seharusnya tadi pagi kau tanya, di sini ada warung atau tidak. Begitu." jawab Lee Seol. "Apa kau ingin pergi denganku? Warung itu dekat, mungkin hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai ke sana."
"Apa?"
Di kamarnya Park Hae Young tidak bisa tidur, ia gelisah. Kemudian tanpa sengaja, Park Hae Young mendengar suara film yang sedang diputar. Park Hae Young keluar rumah, dan mendapati Lee Seol tengah menonton theater buatannya sendiri di halaman depan. Park Hae Young berjalan ke arah Lee Seol, ia berjalan dengan membelakangi proyektor.
Melihat hal itu Lee Seol langsung protes, "Hey, apa yang kau lakukan, kau membelakanginya. Sini duduk." ajak Lee Seol.
Park Hae Young tersenyum lalu duduk di sebelah Lee Seol. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Park Hae Young heran, ia mengambil toples popcorn milik Lee Seol.
"Hanya ada satu theater yang sangat menakjubkan di dunia. Theater buatan Lee Seol yang cute." ucap Lee Seol seraya tersenyum.
"Aish. Intonasimu jelek sekali." jawab Park Hae Young, seraya mengunyah popcorn.
Lee Seol tidak rela popcornnya dimakan begitu saja oleh Park Hae Young "Keluarkan, keluarkan popcornku yang sudah kau makan."
Park Hae Young tidak menjawab, ia malah memasukkan banyak popcorn ke mulut Lee Seol agar Lee Seol tidak berbicara lagi.
Dan, mereka menonton bersama.. XD sweet deh..
Saat di tengah film, karena film di putar di atas tembok yang berjendela, tiba-tiba jendela di tembok itu terbuka. Park Hae Young dan Lee Seol tertawa melihat hal itu.
"Kenapa bisa begitu?" tanya Lee Seol seraya tersenyum. "Tunggu sebentar." Lee Seol berjalan ke arah tembok dan menutup jendela yang terbuka. Lalu Lee Seol kembali duduk di samping Park Hae Young.
Mereka kembali menikmati film yang tengah diputar. Park Hae Young penasaran, ia memberanikan diri untuk menanyakan tentang identitas Lee Seol. Park Hae Young berkata perlahan, "Apa kau punya saudara di kota ini?"
"Apa?" Lee Seol berpikir. "Mm. Bagaimana ya?Aku tinggal di sini sejak usiaku 6 tahun. Sepertinya, bisa dibilang begitu." Lee Seol menyeruput minuman hangatnya.
"Memang sebelumnya kau tinggal dimana?" tanya Park Hae Young.
"Di sini dan di sana."Aku pernah tinggal selama 7 bulan di panti asuhan."
Park Hae Young menatap penasaran ke arah Lee Seol.
"Aku anak adopsi." ucap Lee Seol dengan tersenyum. "Saat aku sampai di tempat ini, aku tidak menangis ataupun tertawa, aku hanya tidur di pangkuan ibuku." Lee Seol tersenyum.
Park Hae Young mengangguk mengerti. Ia mulai merasa kasihan pada Lee Seol, "Apa kau ingat tentang keluarga kandungmu?" tanya Park Hae Young.
Lee Seol melihat ke arah Park Hae Young, ia curiga, kenapa Park Hae Young menanyakan hal itu, "Bagaimana kalau ia? Apa kau akan mencarikan mereka untukku?"
"Huh?"
Lee Seol tertawa, "Sudahlah, tidak perlu khawatir. Aku tidak itu apakah itu sebuah memory yang nyata, atau hanya impianku yang selalu aku impikan atau khayalan yang aku buat. Aku tidak ingat. Yang pasti, hal yang sangat aku ingat sekali. Dan aku tidak pernah melupakannya adalah ucapan itu."
Park Hae Young berkata, "Mungkin aku bisa menemukan mereka."
Lee Seol menatap Park Hae Young.
"Ah, aku seorang diplomat, mungkin aku bisa menemukan mereka untukmu." jawab Park Hae Young.
"Mereka hanya bilang bahwa mereka akan segera kembali." ucap Lee Seol.
"Siapa?"
"Ayahku. Ayahku bilang -Aku akan kembali. Ayah akan kembali untukmu.- Tapi, sepertinya, ia akan kembali dalam waktu yang sangat lama,"
Park Hae Young bertanya lagi. "Apa yang akan kau lakukan saat orang tua kandungmu datang mencarimu ke sini?"
Lee Seol menjawab dengan ringan, "Aku akan melihat warisan mereka. Berapa bagianku di warisan itu."
Park Hae Young menghela nafas mendengar jawaban Lee Seol, hahaa..
"Aku juga akan mengecek, aku punya saudara berapa di keluarga itu. Agar aku juga bisa memperhitungkan, jumlah warisanku."
"Bagaimana bisa, kau memikirkan hal itu." ucap Park Hae Young seraya tersenyum.
Lee Seol pun ikut tersenyum. "Senyumku sangat cantik kan?" ucapnya.
"Aku selalu tersenyum seperti ini saat aku merindukan ayahku. Dan saat aku bertemu dengannya aku akan tersenyum manis ke arahnya."
Kemudian, handphone Lee Seol berdering, ia mendapat panggilan dari seniornya. Seniornya meminta agar Lee Seol, menyewakan penginapannya untuk Prof. Nam Joong Woo. Karena prof akan menginap beberapa waktu untuk kepentingan penelitian.
Penginapan Lee Seol ternyata dekat dengan objek yang akan diteliti oleh Prof. Tapi, karena mungkin prof. akan merasa sangat canggung bila mengetahui Lee Seol pemilik penginapan itu, maka Senior menyuruh Lee Seol untuk mengatakan pada Prof, bahwa kedatangan prof di tempat Lee Seol hanya kebetulan saja.
Mengetahui bahwa prof akan datang dan menginap di tempatnya, Lee Seol senang bukan kepalang. Di pagi hari, ia menyiapkan segalanya, semua usahanya itu agar Prof merasa senang tinggal di tempat Lee Seol. Lee Seol memberikan hiasan di gapura rumahnya, ia membereskan meja taman, mengelap kaca, mendandani anjingnya, menyapu, mengepel dan kemudian Lee Seol berkata, "Apa semua ini begitu sulit? Tapi, pada akhirnya ini adalah takdir." Lee Seol terbahak mendengar kata-katanya sendiri.
Agar hubungannya dengan prof Nam Joong Woo berjalan lancar, Lee Seol memohon pada Park Hae Young untuk pindah kamar, "Aku mohon padamu, pelanggan." ungkapnya dengan nada resmi.
"Yah, kenapa aku harus pindah dari kamar yang sudah aku tempati?" tanya Park Hae Young tidak terima harus pindah kamar tanpa alasan yang jelas.
"Kau tau, kamarku tepat di depan situ. Jadi, nantinya secara alami kami bisa langsung saling bertemu, menyapa dan lalaalaa.."
"Lalalaa?"
"Itu yang aku bilang." Lee Seol kesal. "Kenapa kau tidak mau pindah. Itu permintaan yang mudah."
"Yah, sebenarnya siapa yang akan datang? Seorang pria?" tanya Park Hae Young.
"Proffesor bukan orang yang pantas mendengar kata-kata kasarmu itu. Baiklah, kalau kau tidak mau pindah, kau tidak akan dapat makan." ancam Lee Seol.
Kemudian, dari luar terdengar suara mobil yang terparkir. Lee Seol panik, "Omo.. Sepertinya dia sudah datang.." Lee Seol merapikan bajunya. "Yah, kau. Selama aku mengganti pakaian, kau gantikan aku sebentar untuk menyambutnya. Dan ingat. kau harus baik dan ramah. Okey??" pinta Lee Seol, ia juga sedikit memaksa. Lee Seol segera berlari kencang ke kamarnya untuk berganti pakaian.
"Hey, Yah! Kenapa aku harus melakukan itu!" Park Hae Young tidak rela dirinya disuruh seperti itu.
Park Hae Young kemudian terpikir untuk mengerjai Lee Seol. Haha.. Park Hae Young akan balas dendam, kemarin Lee Seol sudah berkata seenaknya tentang Yoon Joo, sekarang giliran Park Hae Young yang akan melakukan hal itu pada profesor Nam Joong Woo.
Prof. Nam Joong Woo dan temannya turun dari mobil, kemudian Prof. melihat tulisan di gapura, ia tersenyum. Park Hae Young keluar rumah, Prof. Nam Joong Woo kira Park Hae Young adalah pemilik dari penginapan.
"Aku yang memesan penyewaan kamar untuk hari ini. Mungkin pemilik rumah sewa ini?" tanya Prof dengan ramah.
"Bukan." jawab Park Hae Young dengan jutek. (?)
"Kalau begitu, apa ada pelayan di sekitar sini?" tanya Prof.
"Dia sedang ganti pakaian, katanya Prof Nam Joong Woo akan datang. Kalau begitu, siapa diantara kalian yang bernama Nam Joong Woo?" tanya Park Hae Young dengan tidak ramah.
"Aku" jawab Prof Nam Joong Woo.
"Sepertinya, dia hanya melihatmu hanya dari tampilan luarmu saja." ucap Park Hae Young.
"Apa maksudmu?" tanya prof.
Park Hae Young bergumam pada dirinya sendiri, "Bukankah seharusnya profesor mengajar di sekolah, kenapa dia datang ke tempat seperti ini?"
Tak lama kemudian, dengan hebohnya, Lee Seol datang menghampiri Prof Nam Joong Woo. "Oh, proffesor!! Oh My Goodness. Oh My Goodness.. Betapa sempitnya dunia ini. Aku sangat senang sekali melihat kau di sini."
"Lee Seol, kenapa kau ada di sini?" tanya proffesor Nam Joon Woo heran.
"Ah, ini rumahku. Bukankah ini sebuah takdir?" ucap Lee Seol seraya tersenyum lebar.
Park Hae Young hanya melihat aneh pada tingkah Lee Seol yang tertawa girang.
"Dan siapa orang ini?" tanya Proffesor.
Park Hae Young akan memulai mengerjai Lee Seol, ia merapikan dirinya.
"Oh, bukan dia sangat baik dan..." Lee Seol berpikir. "dan.."
Belum sempat meneruskan ucapannya, Park Hae Young langsung memeluknya. "Ah, dia adalah pacarku. Kami tinggal satu rumah sekarang." ucap Park Hae Young seraya mencium pipi Lee Seol.
"Omo.." Lee Seul terkejut. Ia mencoba melepas pelukan Park Hae Young, tapi Lee Seol kesulitan. "Oh, proffesor bukan-bukan., bukan seperti itu."
Profesor Nam Joong Woo tersenyum melihat hal itu, "Kau sedang berkencan. Maafkan aku. Aku tidak tahu hal ini. Selamat Lee Seol."
"Oh, jangan mengucapkan selamat padaku proffesor." ucap Lee Seol yang mencoba mengklarifikasi perkataan Park Hae Young.
Park Hae Young tidak peduli pada Lee Seol yang menolak pelukannya, tapi Park Hae Young semakin kuat saat merangkul pundak Lee Seol. "Ah,, aku yang akan memandumu. Kau akan tinggal di ruangan Royal Grand Executive Presidential Suite. Dan ruangan yang ada di depanmu adalah ruangan kami berdua. Silakan merasa nyaman di penyewaan ini, jangan sungkan, kalau kau memerlukan sesuatu kau bisa mengerjakannya sendiri. Dan jangan lupa, kau tidak boleh mengetok pintu kamar kami." ucap Park Hae Young.
Park Hae Young menarik rangkulannya pada Lee Seol, sehingga wajah mereka berdua mendekat pada wajah Prof. "Dan, harga sewa semalam adalah 150 dolar. Dan satu lagi, kau perlu tambahan dana 5 dolar untuk menggunakan air panas. Ayo kita masuk.." Park Hae Young memaksa Lee Seol untuk masuk ke dalam rumah. Lee Seol memberontak, ia mengeluh memanggil-manggil nama Prof. Nam Joong Woo. Prof. malah tersenyum melihat tingkah mereka.
Park Hae Young menarik-narik Lee Seol untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah, Park Hae Young langsung melepaskan rangkulannya, ia membenarkan jasnya seraya melihat reaksi prof dari balik jendela.
Lee Seol yang tidak rela diperlakukan seperti itu langsung memukul-mukul punggung Park Hae Young. Park Hae Young kesakitan. "Hey.. hey.. kau.."
"Apa maksudmu? Tinggal bersama? Huh?" ucap Lee Seol menghentikan pukulannya.
"Kau tidak ingat?" Park Hae Young mempraktekan cara Lee Seol, saat Lee Seol mencoba membuat Yoon Joo cemburu. "=Aku tau semuanya tentang oppa. Oppa sangat possesive.= Apa kau tidak ingat kejadian itu saat dimuseum?" ucap Park Hae Young, ia mengubah suaranya menjadi suara wanita. haha..
"Aigoo.. Kau tau, aku melakukan hal itu, karena aku ingin yang terbaik untukmu." ucap Lee Seol membela diri. Melihat Park Hae Young yang tidak mau mendengar penjelasan Lee Seol, akhirnya Lee Seol mengakui, "Baiklah. Aku akan jujur. Sebenarnya aku tidak menyukai direktur."
"Bukankah semua wanita seperti itu? Selalu membenci wanita lain yang lebih cantik dan populer dari diri mereka." jawab Park Hae Young.
"Hey, dia tidak populer. Dia hanya memperhatikan dirinya saja. Dia tahu segalanya tapi berpura-pura tidak mengetahui apapun. Dia berpura-pura menjadi lugu untuk menarik pria agar jatuh cinta padanya." ucap Lee Seol.
"Bahkan Yoon Joo pun tidak tau kata "berpura-pura" di Seol ini ada." jawab Park Hae Young tidak mempercayai ucapan Lee Seol.
"Baiklah, kalau begitu, kita damai." kata Lee Seol. "Angkat buah-buahan itu dan segera ikuti aku." Lee Seol memerintah Park Hae Young, Lee Seol tidak peduli reaksi Park Hae Young yang menolak hal itu. "Kalau kau tidak mau, kau tidak akan mendapat makan." Lee Seol berjalan cepat keluar ruangan, untuk kembali menemui proffesor.
"Hey, apa ini yang disebut damai." protes Park Hae Young. "Aigoo..Dia selalu mengancamku dengan makanan.
Kemudian handphone Park Hae Young berdering, panggilan dari kakeknya. "Hallo. Kakek bagaimana kesehatanmu. Iya. Aku sedang bersamanya. Dia tidak sakit, bahkan terlalu aktif. Dia sepertinya tumbuh dewasa dengan baik." ucap Park Hae Young.
"Melegakan sekali." ucap Kakek.
"Aku tidak tau, kapan akan membawanya ke rumah. Aku tidak memiliki alasan yang jelas, kenapa aku harus mengajaknya untuk bertemu denganmu."
"Yang dapat aku katakan adalah semua ini kesalahanku." jawab kakek. "Kau tau, tidak ada yang paling buruk bagi seorang pria tua sepertiku selain menunggu."
"Baiklah." ucap Park Hae Young menutup teleponnya.
Bersambung Sinopsis My Princess episode 2 part 2
Cre : http://recap-koreandrama.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar